SELAMAT DATANG PENGUNJUNG BLOG KAMI, SEMOGA ANADA DAPAT MANFAAT DARI BLOG YANG SAYA BUAT INI.

Saturday, March 10, 2012

PERKEMBANGAN SEJARAH ISLAM MASUK KE NEGARA FILIPINA


BAB I
PENDAHULUAN


A.          Latar Belakang
Asia Tenggara adalah sebutan untuk wilayah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari jazirah Indo-Cina dan kepualauan yang banyak serta terilingkupi dalam Negara Indonesia dan Philipina. Meliht sejarah masa lalu, terliaht bahwa Islam bukanlah agama pertama yang tumbuh pesat, akan tetapi Islam masuk ke lapisan masyarakat yang waktu itu telah memiliki peradaban, budaya, dan agama. Taufiq Abdullah menulis dalam bukunya renaisans islam di asia tenggara, bahwa kawasan asia tenggara terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan atas pengaruh yang diterima wilayah tersebut.
Pertama, adalah wilayah indianized southeast asia, asia tenggara yagn dipengaruhi India yang dalam hal ini hindu dan budha
Kedua, sinized south east asia, wilayah yang mendapatkan pengaruh china, adalah Vietnam.
Ketiga, yatu wilayah asia tenggara yag dispanyolkan, atauhispainized south east asia, yaitu philipina.
Ketiga pembagian tersebut seolah meniadakan pegnaruh Islam yang begitu besar di Asia tenggara, khususnya Philipina. Seperti tertulis bahwa philipina termasuk negara yang terpengaruhi oleh spanyol. Hal itu benar adanya, akan tetapi pranata kehidupan di Philipina juga terpengaruhi oleh Islam pada masa penjajahan amerika dan spanyol. Sedikit makalah dibawah ini akan menyingkap dengan singkat tentang sejarah masuknya Islam di Philipina.
  1. Rumusan Masalah
Dalam Makalah ini penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.              Bagaimanakah Sejarah dan dengan berapa tahap Islam masuk ke Philipina ?
  1. Tujuan Penelitian
1.              Untuk mengetahui sejarah islam masuk di Philipina dan untuk mengertahui tahap-tahap islam masuk ke Philipina dengan fase-fasenya.
UNTUK LEBIH LENGKAP BISA MENGHUBUNGI :
 ISMAT NIMATULLAH ATAU KLIK LINK INI
KLIK DISINI BANYAK MAKALAH YANG MENARIK
atau disini

Monday, March 5, 2012

BERBAGI MAKALAH, SKRIPSI, ARTIKEL, PUISI, PEMESANAN KOMPUTER, PEMASANGAN JARINGAN,

BAGI-BAGI MAKALAH

BAGI-BAGI ARTTIKEL
    

MAU MAKALAH TINGGAL PESAN SAJA ATAU TELPN KE NO 081993265866

KUMPULAN MAKALAH




MAHASISWA dan MAHASISWI sering sekali di sibukan dengan pembuatan makalah, hampir semua dosen memberikan tugas untuk membuat makalah, belum lagi disibukan dengan urusan atauu oraganisasi, sejingga tugas makalh kadang sering terganggu atau terbengkalai, KINI KAMI MEMBERI SOLUSI UNTUK PARA MAHASISWA YANG INGIN PERAKTIS MENDAPATKAN MAKALAH, KAMI MENYEDIAKAN BERBAGAI JENIS MAKALAH baik :
MAKALAH PENDIDIKAN
MAKALAH EKONOMI
MAKALAH AGAMA
MAKALAH SOSIOLOGI
MAKALAH BIOLOGI
MAKALAH TEKNOLOGI
MAKALAH PEMBAHARUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM OLEH PARA PEMIKIR ISLAM


.

ARTIKEL











ARTIKEL PENDIDIKAN

ATIKEL KESEHATAN
ARTIKEL BERBAGAI PENGETAHUAN
ARTIKEL TEKNOLOGI TERBARU
ARTIKEL UMUM

SKRIPSI

Rp. 1.800.000




RP. 1.800.000
Disini menyediakan berbagai jenis sekripsi semua jenis jurusan :
1. Jurusan Pendidikan Agama Islam
2. Jurusa Ekonomi Islam/ Pendidikan Ekonomi
3. Biologi
4. Umum


Bagi yang berminat untuk meminta di buatkan skripsi dapat mengirim pesan  DI SINI

Saturday, March 3, 2012

MAKALAH DZN AN-NUN-ALMISHRI


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam dinamika modernitas, yang dibarengi dengan akselerasi-akselerasi sains dan teknologi canggih. Keadaan ini membuat manusia lengah sehingga demensi spiritualnya lambat laun terkikis. Kita sering menyaksikan tercerabutnya akar spriritualitas di panggung kehidupan. Salah satu penyebabnya adalah pola hidup global yang dilayani oleh perangkat teknologi yang serba canggih.
Dalam konteks Islam, untuk mengatasi keterasingan dan kekosongan spiritualitas dan sekaligus membebaskan dari derita alienasi (dalam bahasa sosiolog, berarti keterasingan) adalah dengan menjadikan Tuhan sebagai tujuan akhir (ultimate goal) dan kembali, karena Tuhan adalah Dzat Yang Maha Memiliki dan Mahaabsolut. Keyakinan dan perasaan seperti inilah yang akan memberikan kekuatan, kendali dan kedamaian jiwa seseorang sehingga ia merasa senantiasa berada dalam “orbit” Tuhan.
Tasawuf sering dianggap sebagai salah satu metode alternative yang banyak dipakai manusia untuk mendekati Tuhannya. Tasawuf juga merupakan fenomena yang menarik perhatian sehingga tema-tema actual yang paling menonjol sekarang ini adalah tema-tema sufisme.
Pada abad pertama orang belum mengenal istilah tasawuf, yang muncul hanya benih-benihnya saja, seperti munculnya istilah “nussak”, “zuhhad”, dan “ubbad”. Nussak adalah orang-orang yang menyediakan dirinya untuk mengerjakan ibadah kepada Allah; Zuhhad adalah orang-orang yang menghindari dunia beserta kemegahan, harta benda, dan pangkat duniawi; dan Ubbad adalah orang-orang yang berusaha mengabdikan dirinya hanya semata-mata kepada Allah. Pada abad ini muncul nama Hassan al Bashri yang terkenal dengan ajarannya khauf (takut kepada Allah, dan raja’(berharap atas kasih Allah).
Kemudian pada abad ketiga muncullah seorang sufi termasyhur, yaitu Dzun Nun al Mishri. Ia banyak menambahkan cara manusia lebih mendekatkan diri kepada Allah. Tujuan hidupnya adalah mencari kecintaan Tuhan, membenci yang sedikit, menuruti garis perintah yang diturunkan, dan takut berpaling dari jalan Allah. Oleh karena itu pemakalah disini akan membahas tentang biografi serta ajaran tasawuf dan ma’rifat menurut  Dzn Al-Nun Al-Mishri.
B. Rumusan Masalah
1.        Siapakah Dzu al-Nun al-Mishri itu ?
2.        Apasajakah hasil Pemikiran atau ajaran yang di sumbangkan oleh Dzn Al-Mishri ?
3.        Bagaimana pemikiran ma’rifat menurut Dzu al-Nun Al-Mishri ?
4.        Bagaimana Pemikiran Maqamat dan Ahwal menurut Dzun Nunal Mishri ?

C. Tujuan Penulisan
1.        Mengetahui Biografi Dzn Al-Nun Al-Mishri.
2.        Mengetahui Hasil Pemikiran atau ajaran yang di sumbangkan oleh Dzn Al-Mishri.
3.        Mengetahui Pemikiran ma’rifat menurut Dzu al-Nun Al-Mishri ?
4.        Mrngetahui Pemikiran Maqamat dan Ahwal menurut Dzun Nunal Mishri?


BAB II
PEMBAHASAN


A. Biografi   Dzn Al-Nun Al-Mishri (180-246 H)
Nama lengkapnya ialah Abu al- Faidl Tsauban bin Ibrahim Dzn al-Nun al-Misri al-Akhmini Qibthy.Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir. ada juga pendapat yang mengatakan bahwa dia berasal Naubah suatu negeri yang terletak anatara Sudan dan Mesir. Tahun kelahirannya tidak banyak diketahui, yang diketahui hanya tahun wafatnya, yaitu 860 M.[1] Menurut Hamka, beliaulah puncaknya kaum sufi dalam abad ketiga hijriyah. Beliaulah yang banyak sekali menambahkan jalan buat menuju Tuhan. Yaitu mencintai Tuhan, membenci yang sedikit, menurut garis perintah yang diturunkan dan takut terpaling dari jalan yang benar.[2]
Dzu al-Misri, memandang bahwa ulama- ulama Hadits dan Fiqh memberikan ilmunya kepada masyarakat sebagai suatu hal yang menarik keduniaan di samping sebagai obor bagi agama. Pandangan hidupnya yang cukup sensitive barangkali menyebabkan para fuqaha mulai membenci dan menantangnya dan sekaligus menuduhnya sebagai seorang zindiq[3]. Tidak hanya sampai di situ, bahkan para fuqaha mengadukannya kepada ulama Mesir yang pada waktu itu dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Hakam penganut mazhab Maliki. Dzu al-Nun Misri dipanggil dan ditanyai oleh pimpinan ulama itu. Dari berbagai jawaban dan uraian yang diberikannya, maka pimpinan ulama itu menuduhnya sebagai seorang zindiq. Setelah itu Dzu al-Nun merasa bahwa dirinya tidak lagi disenangi masyarakat daerahnya. Untuk itu ia memutuskan untuk sementara waktu berkelana ketempat lain. Setelah merantau beberapa lama ia kembali pulang ke Mesir dan penguasa waktu itu ialah Ibnu Abi Laits, berpaham mazhab Hanafi sebagai pengganti Muhammad bin Abdul Hakam yang meninggal. Di Mesir, ia dituduh orang banyak sebagai orang yang zindiq dan demikian pula sikap penguasa waktu itu. Bahkan menyuruhnya pergi ke Baghdad menemui khalifah untuk menerima hukuman penjara.
Akan tetapi di Baghdad banyak sufi yang berasal dari Mesir dan di antara mereka ada yang bekerja sebagai peawai dilingkungan istana. Para sufi itu berusaha agar khalifah al-Mutawakkil bersedia menerima kedatangan Dzu al-Nun al- Misri. Ternyata kemudian khalifa al-Mutawakkil bersedia menerima kedatangan Dzu al-Nun al-Mishri serta menerima ajaran- ajaran yang dikembangkannya. Pada waktu al-Mishri akan kembali ke Mesir, khalifah melepasnya dengan penghormatan. Sesampainya di Mesir, ia kembali menyebar luaskan ajaran tasawufnya dan sejak itu pulalah tasawuf berkembang dengan pesat di kawasan Mesir. Namun tidak lama kemudian ia wafat di Jizah dan makamkan di Qurafah shughra pada tahun 245 Hijriyah.
Jasa Dzu al-Nun al-Misri yang paling besar dan menonjol dalam dunia tasawuf adalah sebagai peletak dasar tentang jenjang perjalanan sufi menuju Allah, yang disebut al-maqomat. Dia banyak memberikaan petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah sesuai dengan pandangan sufi. Karenanya, ia juga sering disebut pemuncaknya kaum sufi pada abad ketiga hijriyah. Adapun pendapat- pendapatnya disekitar metode mendekatkan diri kepada Allah atau al-maqomat dan al-ahwal. Di samping itu, al-Mishri adalah salah seorang pelopor doktrin al-ma’rifah. Dalam hal ini dia membeda antara pengetahuan dan keyakinan. Menurutnya pengetahuan adalah hasil pengamatan inderawi, yakni apa yang dapat diterima melalui panca indra. Sedangkan keyakinan adalah hasil dari apa yang dipikirkan dan atau diperoleh melalui intuisi. Dalam hubungan ini, ia menjelaskan, bahwa pengetahuan itu ada tiga kualitas, yaitu[4]:
a)      pengetahuan orang yang beriman tentang Allah pada umumnya, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pengakuan atau syahadat
b)      pengetahuan tentang keesaan Tuhan melalui bukti- bukti dan pendemontrasian ilmiah dan hal ini merupakan milik orang- orang yang bijak, pintar dan terpelajar, para mutakallim dan filosof
c)      pengetahuan tentang sifat- sifat Yang Maha Esa, dan ini merupakan milik orang-orang yang saleh (wali Allah) yang dapat mengenal wajah Allah dengan mata hatinya, sehingga Allah menampakan diri kepada mereka dengan cara yang ia tidak berikan kepada siapapun di dunia kecuali kepada aulia.
Pengetahuan ini yang disebut ma’rifat yang diurai rinci oleh Dzu al-Nun al-Mishri dalam dunia tasawuf, sesudah dicetuskan pertama kali oleh Ma’ruf al- Kharki.
B. Ajaran Dzn Al-Nun al-Mishri
1. Konsep Al-Ma’rifah Menurut Dzn Al-Nun Al-Mishri
Ma’rifat, menurut al-Misri adalah pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Hanya terdapat pada para sufi yang sanggup melihat Tuhan dengan hati nurani mereka. Mahrifat dimasukan Tuhan ke dalam hati seorang sufi sehingga hatinya penuh dengan cahaya. Ketika ia ditanya bagaimana ia mencapai ma’rifat tentang Tuhan, ia menjawab :
“Aku mengetahui Tuhan dengan Tuhan dan sekiranya tidak karena Tuhan aku tidak akan tahu Tuhan”[5]
ungkapan tersebut menunjukan bahwa ma’rifat tidak diperoleh begitu saja, tetapi melalui pemberian Tuhan. Ma’rifat bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi tergantung kepada kehendak dan rahmat Tuhan. Ma’rifat adalah pemberian Tuhan kepada sufi yang sanggup menerimanya. Pemberian tersebut dicapai setelah seorang sufi lebih dahulu menunjukan kerajinan, kepatuhan dan ketaatan mengabdikan diri sebagai hamba Allah dalam beramal secara lahiriyah sebagai pengabdian yang dikerjakan tubuh untuk beribadat. ma’rifat juga dimaksudkan dengan komunikasi cahaya dari Tuhan ke dalam hati nurani seseorang. Orang- orang yang sudah mencapai ma’rifat tidak lagi berada dalam diri mereka, tetapi mereka berada dalam dzat Tuhan. Mereka dapat melihat tanpa pengetahuan, tanpa mata, tanpa penerangan, tanpa tampa opservasi, tanpa penghalang dan hijab. Semua gerakan – gerakan merekan adalah di sebabkan oleh ALLAH. Kata –kata mereka adalah kata-kata Allah yang di ucapkan melalui lidah mereka . Dan penglihatan mereka adalah penglihan Tuhan yang telah masuk ke dalam mata mereka . dengan demikian , taraf tertinggiyang dapat dicapai oleh sufi sesudah masanya Dzu al-Nun al-Mishri ini adalah memperoleh pengetahuan super intelektual yang terkenal dengan istilah al-ma’rifat.
Dzun Nun al Mishri berhasil memperkenalkan corak baru tentang al Ma’rifat dalam bidang sufisme Islam. Keberhasilan itu ditandai dengan :
1.      Dzun Nun al Mishri membedakan antara al ma’rifat sufiah yaitu melaksanakan kegiatan sufi menggunakan pendekatan qalb atau hati dan ma’rifat aqliah yaitu menggunakan pendekatan akal.
2.      Al Ma’rifat menurut Dzun Nun al Mishri sebenarnya adalah musyahadah al qalbiyah sebab ma’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia sejak zaman azali.
3.      Teori-teori al ma’rifat Dzun Nun al Mishri menyerupai gnosisme ala Neo-Platonik. Teori ini dianggap sebagai jembatan teori-teori wahdat ash shuhud dan ittihad. Oleh karena itu dialah orang yang pertama mamasukkan unsur falsafah ke dalam tasawuf.
Teori ini pada mulanya sulit diterima oleh kalangan teolog sehingga Dzun Nun al Mishri dianggap sebagai seorang zindiq. Oleh karena itu ia ditangkap oleh Khalifah Al Mutawakkil (Khalifah Abbasyiah yang memerintah tahun 232 H/847 M – 247 H/861 M), namun akhirnya dibebaskan. Fenomena ini wajar karena kita temui pandangan al ma’rifatnya yang pada mulanya cenderung antithesis terhadap aqliyah dan kalam.
Berikut ini adalah pandangannya tentang al ma’rifat :
1.      Sesungguhnya al ma’rifat yang hakiki adalah bukan ilmu tentang keesaan Tuhan sebagaimana yang dipercayai oleh orang-orang mukmin. Ia juga bukan ilmu-ilmu burhan dan nazhar milik para hakim, mutakallimin dan ahli balaghah. Akan tetapi ia adalah ma’rifat terhadap Tuhan yang khusus dimiliki para wali Allah, sebab mereka adalah orang yang menyaksikan Allah dengan mata hatinya, maka terbukalah hatinya apa yang tidak dibukakan untuk hamaba-hamba yang lain.
2.       Al ma’rifat yang ia pahami adalah bahwa Allah menyinari hatimu dengan cahaya al ma’rifat yang murni, seperti matahari tak dapat dilihat, kecuali dengan cahayanya. Senantiasa salah seorang hamba mendekat kepada Allah sehingga terasa hilang dirinya, lebur (fana) dalam kekuasaan-Nya, mereka merasa hamba, bicara dengan ilmu yang telah diletakkan oleh Allah pada lidah mereka, melihat dengan penglihatan Allah, dan berbuat dengan perbuatan Allah[6].
Kedua ungkapan di atas menjelaskan bahwa ma’rifat kepada Allah tidak dapat ditempuh melalui pendekatan akal dan pembuktian-pembuktian, tetapi dengan jalan ma’rifah bathin, yakni Tuhan menyinari hati manusia dan menjaganya dari ketercematan, sehingga semua yang ada di dunia ini tidak mempunyai arti lagi. Melalui pendekatan ini manusia perlahan-lahan terangkat ke atas sifat-sifatnya yang rendah dan selanjutnya menyandang sifat-sifat yang luhur seperti yang dilimiki Tuhan. Pandangan-pandangan seperti inilah yang nantinya diteruskan dan dikembangkan oleh Abu Yazid al Bustami, al Junaid sampai al Ghazali.
Menurut Abu Bakar al kalabadzi (wafat 380 H/990 M) dalam bukunya Al Ta’aruf li Mazahid Al Tashawwuf (Pengenalan terhadap Madzhab-madzhab Tasawwuf), Dzun Nun al Mishri telah sampai kepada tingkatan ma’rifat, yaitu tingkatan maqam (stasiun) tertinggi dalam tasawuf, setelah melewati maqam taubat, zuhud, fakir, sabar, tawakkal, rida, dan cinta (mahabbah). Ma’rifat adalah mengetahui Tuhan dengan sanubari. Dalam buku itu disebutkan bahwa suatu hari Dzun Nun al Mishri ditanya tentang cara memperoleh ma’rifat, ia menjawab, “’arafu rabbi bi rabbi walau la rabbi lamma ‘arafu rabbi” ,Aku mengenal Tuhan karena Tuhan, dan sekiranya tidak karena Tuhan , aku tidak akan mengetahui Tuhan). Kata-kata Dzun Nun al Mishri ini sangat popular dalam ilmu tasawuf. Menurut Abu Al Qasim Abd Karim Al Qusyairi, Dzun Nun al Mishri mengakui bahwa ma’rifat yang diperolehnya bukan semata-mata hasil usahanya sebagai sufi, melainkan lebih merupakan anugrah yang dilimpahkan Tuhan kepada dirinya.[7]
Dzun Nun al Mishri membagi pengetahuan tentang Tuhan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Pengetahuan untuk seluruh muslim
2.      Pengetahuan khusus untuk para filosof dan ulama
3.      Pengetahuan khusus untuk para wali Allah
.           Menurut Harun Nasution, jenis pengetahuan yang pertama dan kedua belum dimasukkan dalam kategori pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Keduanya belum disebut dengan al ma’rifat, tetapi disebut dengan ilmu. Adapun jenis pengetahuan yang ketiga baru disebut dengan al ma’rifat.[8]
            Dari ketiga macam pengetahuan Tuhan di atas, jelaslah bahwa pengetahuan tingkat auliya (para wali) adalah yang paling tinggi tingkatannya karena mereka mencapai tingkatan musyahadah. Para ulama dan filosof tidak mampu mencapai maqam ini, sebab mereka masih menggunakan akal untuk mengetahui Tuhan, sedangkan akal itu sendiri mempunyai keterbatasan dan kelemahan.
Dzun Nun al Mishri mempunyai sestematika tersendiri dalam perjalanan rohaninya menuju tingkat ma’rifat. Dari teks-teks ajarannya, Abu Hamid Mahmud mencoba menggambarkan tariqahnya sebagai berikut :
1.      Orang yang bodoh adalah orang yang tidak mengenal jalan menuju Allah dan tidak ada usaha untuk mengenalnya.
2.      Jalan itu ada dua macam, yaitu thariq al inabah ialah jalan yang dimulai dengan meminta cara ikhlas dan benar, dan thariq al ihtiba, jalan ini tidak mensyaratkan apa-apa pada seseorang, jalan ini urusan Allah semata.
3.      Di sisi lain Dzun Nun al Mishri mengatakan manusia itu terdiri dari dua macam, yaitu dari dan wasil. Dari adalah orang yang menuju jalan iman, sedangkan wasil adalah yang berjalan di atas kekuatan al ma’rifat.
Ungkapan-ungkapan di atas menunjukkan bahwa pada garis besarnya terdapat dua jalan yang ditempuh Dzun Nun al Mishri dalam mendekati Tuhan, yaitu thariqah yang biasa ditempuh oleh para ahli sufi melalui maqamat yang dilakukan secara sistematis dan ketat mulai tobat. Adapun thariqah yang kedua yaitu ijtiba bersifat personal.
Untuk jalan thariqah, Dzun Nun al Mishri menceritakan secara lebih rinci tahapan-tahapan situasi batin yang hendak menuju tingkat arif (ahli ma’rifat), yaitu : iman, khauf, tha’ah, raja, al mahabbah, syauq, uns, thuma’ninah, dan na’im. Di samping menggunakan thariqah seperti ini, ia juga menempuh perjalanan sufinya melalui maqamat tertentu yang intinya dimulai dari taubat, wara, zuhud, tawakkal, rida, al ma’rifat, sampai mahabbah.
Menurut Dzun Nun al Mishri, sebelum ia sampai pada maqam al ma’rifat, dia melihat Tuhan melalui tanda-tanda kebesaran-Nya yang terdapat di alam semesta. Suatu ungkapan puisinya adalah sebagai berikut :
“…. Ya Rabbi, aku mengenal-Mu melalui bukti-bukti karya-Mu dan tindakan-Mu dengan ridaku dengan semangat Engkau dalam kecintaan-Mu, dengan kesentosaan dan niat teguh.”
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa Dzun Nun al Mishri adalah seorang sufi besar, bapak paham al ma’rifat dalam terminologi sufisme karena keberhasilannya dalam menampilkan corak baru kehidupan sufistik, yang lebih menekankan pendekatan al ma’rifat qalbiyah dari pada al ma’rifat aqliyah. Inti ajaran al ma’rifat adalah mengetahui dan melihat Tuhan dari dekat sehingga hati sanubari sempat meliha-Nya tanpa penghalang. Pengetahuan inti adalah anugrah Allah yang diberikan kepada orang-orang tertentu.

2. Maqamat dan Ahwal Menurut Dzn Al-Nun Al-Mishri
Maqamat dan ahwal adalah dua hal yang senantiasa dialami oleh orang yang menjalani tasawuf sebelum mencapai tujuan yang dikehendaki, Yang pertama berupa tahapan perjalanan, dan yang kedua berupa keadaan.
1. Maqamat
Maqamat dalam ilmu tasawuf mengandung arti kedudukan hamba dalam pandangan Allah, menurut apa yang diusahakan berupa latihan. Jika seseorang belum memenuhi kewajiban-kewajiban yang terdapat suatu maqam, ia tidak boleh naik ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa maqam dijalani oleh seorang tasawuf melalui usaha yang sungguh-sungguh dalam melakukan sebuah kewajiban yang harus ditempuh untuk jangka waktu tertentu.
Menurut Dzun Nun al Mishri, maqam ini dapat diketahui berdasarkan tanda-tanda, simbol-simbol, dan amalannya. Oleh karena itu keberhasilannya itu merupakan penilaian yang berasal dari Allah, mencerminkan kedudukan seorang tasawuf di hadapan Allah.
Selanjutnya dalam Da’irat Al Ma’rifat Al Islamiyah diterangkan tentang simbol-simbol az zuhud menurut Dzun Nun al Mishri, yaitu sedikit cita-cita, mencintai kefakiran, memiliki rasa cukup yang disertai kesabaran. Sedangkan masalah tobat ia membedakan atas tiga tingkatan, yaitu :
1.Orang yang bertobat dari dosa dan keburukannya
2.Orang yang bertobat dari kalalaian dan kealfaan mengingat Tuhan
3.Orang yang bertobat karena memandang kebaikan dan ketaatannya.
Keterangan Dzun Nun al Mishri tentang maqam as shobr dikemukakan dalam bentuk kepingan dialog dari sebuat riwayat. Suatu ketika ia menjenguk seorang yang sakit. Tatkala orang itu berbicara dengan Dzun Nun, “Tidak termasuk cinta yang benar orang yang tidak sabar dalam menghadapi Tuhan.” Orang itu kemudian mengatakan “Tidak benar pula cintanya orang yang merasakan kenikmatan dari suatu cobaan.”.Petikan dialog di atas mengisyaratkan bahwa Dzun Nun berbicara dengan orang yang juga mengerti dunia sufisme.
Selanjutnya pengertian at tawakkal menurut Dzun Nun al Mishri adalah berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya kekuatan, intinya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, disertai perasaan tidak memiliki kekuatan. Dan rida menurut pendapatnya ialah kegembiraan hati karena berlakunya ketentuan Tuhan.
2. Ahwal
Dalam kitab Isthilahat As Shuffiyah, ahwal dijelaskan sebagai pemberian yang tercurah pada seseorang dari Tuhannya, baik dari sebuah amal shaleh yang menyucikan jiwa, menjernihkan hati maupun datang dari Tuhan sebagai pemberian semata. Atau dengan kata lain ahwal adalah pemberian yang berasal dari Tuhan kepada hamba-nya yang dikehendaki. Pemberian itu adakalanya diberikan kepada orang yang berusaha kea rah itu dan adakalanya tanpa melalui usaha.
Menurut Dzun Nun al Mishri, setiap maqam memupunyai permulaan dan akhir. Diantara keduanya terdapat aneka ahwal. Setiap maqam mempunyai symbol, dan setiap hal ditunjuk oleh isyarat. Penjelasan ini menunjukkan bahwa maqam beerangsung lebih lama dari ahwal. Maqam bersifat tetap, dan ahwal silih berganti, datang dan pergi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.      Dzun Nun al Mishri adalah seorang tasawuf pertama yang memberikan tafsiran-tafsiran terhadap isyarat-isyarat tasawuf. Ia juga orang pertama yang berbicara tentang maqamat dan ahwal, orang pertama yang memberikan definisi tentang tauhid dengan pengertian yang bercorak sufistik.
2.      Al Ma’rifat menurut pandangan Dzun Nun al Mishri adalah al ma’rifat terhadap keesaan Allah yang khusus dimiliki para wali Allah, sebab mereka adalah orang yang menyaksikan Allah dengan mata hatinya, maka terbukalah hatinya apa yang tidak dibukakan untuk hamba-hamba-Nya yang lain.
3.      Maqamat adalah kedudukan hamba dalam pandangan Allah, Maqam ini menurut Dzun Nun al Mishri dapat diketahui berdasarkan tanda-tanda, simbol-simbol, dan amalananya.
4.      Ahwal adalah sifat dan keadaan sesuatu. Menurut Dzun Nun al Mishri setiap maqam mempunyai permulaan dan akhir. Dintara keduanya terdapat ahwal. Setiap maqam memiliki symbol dan setiap ahwal ditunjuk oleh isyarat
B. Saran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia larut dan terbuai dalam dinamika modernitas, yang dibarengi dengan akselerasi-akselerasi sains dan teknologi canggih. Keadaan ini membuat manusia lengah sehingga demensi spiritualnya lambat laun terkikis. Kita sering menyaksikan tercerabutnya akar spriritualitas di panggung kehidupan. Salah satu penyebabnya adalah pola hidup global yang dilayani oleh perangkat teknologi yang serba canggih. Pemakalah di sini meminta kepada semua pihak untuk tidak lupa mengingat sang pencipta di jaman yang serba Modern ini, kami menghimbau kepada semua pembaca dan khususnya pemakalah sendiri agar bisa menyeimbangkan kehidupan dunia dan akherat
            Akhirnya, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu teselesainya makalah ini, dan pemakalah juga mengharapkan para pembaca budiman dapat memberikan saran atau masukan yang bisa meningkatkan kualitas makalah ini.


.DAFTAR PUSTAKA


Rosihon Anwar, Akhlak tasawuf , Pustaka setia. Bandung 2009, Hlm. 1442.
Mustofa,H.A. Drs, akhlak tasawuf , Pustaka setia, Bandung 1997
Anwar, rosihon,DR,M.Ag, akhlak tasawuf  Pustaka setia,Bandung 2009.
Isa, ahmad, Tokoh-Tokoh Sufi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2000.
Jumantoro, totok,kamus ilmu tasawuf , PT. Toha Putra. Semarang  2001.
Sholihin, M,ilmu tasawwuf , Pustaka Setia, Bandung 2008
Suparta, H.M. Drs. Biografi terkemuka, PT.Toha Putra, semarang 2003


[1] Suparta, H.M. Drs. Biografi terkemuka, PT.Toha Putra, semarang 2003. Hal. 91

[2] Ibid.

[3] Anwar, rosihon,DR,M.Ag, akhlak tasawuf  Bandung: pustaka setia,2009. Hal. 115

[4] Isa, ahmad, tokoh-tokoh sufi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Hal.. 35
[5] Rosihon Anwar, Akhlak tasawuf , Bandung: pustaka setia. 2009, Hlm. 1442.
[6] Jumantoro, totok,kamus ilmu tasawuf ,  PT. Toha Putra, Semarang. 2001. Hal..197
[7] Amzam.. Sholihin, M,ilmu tasawwuf , Bandung: Pustaka Setia, 2008. Hal. 79
[8] Ibid. hal. 89

MAKALAH BAHASA INDONESIA


PENGALAMAN DI MTS AL-KHAIRA




DI SUSUN OLEH:


NADILA SARI

MTS.BAHRUL ULUM
KEC.UKUI,KAB.PELALAWAN
TP.2011/2012

KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah swt atas kekuatan yang di berikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang pengalaman di:

‘’ Mts.Al-khairat”

    Ketiadaan sesuatu yang sempurna,mendorong kita untuk selalu terbuka dengan berbagai saran dan kritikan.Jadi,semoga dengan adanya kata pengantar ini penulis dapat  mencatat pengalaman yang menurut kita sangat mengesankan dan menyenangkan.Pengalaman yang berkesan bisa kita temukan di mana saja,bisa dilingkungan sekitar dan sebagai nya.
    Dengan kata pengantar ini,saya ucapkan terima kasih.Semoga kata pengantar ini dapat memberikan manfaat dalam mencari pengalaman yang baik dan tak pernah di lupakan.Jika ada kekurangan dalam hal penulisan saya ucapkan mohon maaf.



                                                                                       Ukui,23 Februari 2011

                                                                                                                   Penyusun



                                                       DAFTAR ISI



 Kata Pengantar………………………….…………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………….…....…...……………..ii
Bab I PENDAHULUAN      
 a. Latar belakang……………..…...…………..………………..…………1
b. Tujuan…………………..……...……………………………………….1
Bab II PEMBAHASAN
A. Isi pengalaman di Mts Al-khairat………………….…..……………….2
Bab III PENUTUP
   a. Kesimpulan……………………………………….……….…………..3
   b. Saran………………….……………………………………………….3

                      
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
       Pembuatan makalah bahasa Indonesia ini banyak menyangkut kedalam pengalaman yang mengesankan ataupun menyenangkan, selama di Mts Al-khairat.Di dalam pengalaman inilah, kita dapat memanfaatkan lingkungan di sekitar ,atau bahkan tempat lain nya.Karna tempat itu bisa di jadikan sebuah pengalaman yang sangat menarik.Pengalaman ini bermula dari diadakan nya pertandingan persahabatan di pangkalan lesung(Mts Al-khairat).

   b.Tujuan
        Tujuan ke Mts Al-khairat  ini adalah untuk mengadakan pertandingan,  selama di pangkalan lesung yaitu di sekolah Mts Al-khairat.Dan juga mengajarkan kita untuk lebih memper erat hubungan persahabatan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengalaman di Al-khairat
       Pada tanggal 22 januari 2011,sekolah kami(Mts Bahru Ulum) di undang ke Mts Al-khairat yang berada di pangkalan lesung.Sekolah kami di undang kesana,untuk mengadakan pertandingan persahabatan.Yang di undang adalah 2 sekolah yaitu: sekolah Mts Al-khairat dan Mts Bahrul ulum.
      Kami berangkat dari ukui sekitar jam 08.00 WIB,dengan menggunakan mobil truk.Yang berangkat ke Mts Al-khairat adalah mulai dari murid kelas 1 sampai kelas 3.Walaupun di dalam mobil sempit-sempitan,tapi kami cukup bahagia karna  bisa berangkat kesana.Di sepanjang jalan, kami di penuhi dengan ketawa dan bergurau-gurau.
     Setelah sampai ke pangkalan lesung,kami langsung turun dari mobil.Kami pun di suruh baris oleh ketua panitia penyelenggara.Dan setelah itu,kami di ajak masuk kedalam ruangan yang akan diadakan lomba-lomba agama,selesai itu barulah di mulai lomba olahraga yang akan diadakan di lapangan sekolah Mts Al-khairat.
      Disekolah ini kami banyak mendapatkan teman baru,dan orangnya pun cukup baik.Tapi,yang paling saya takuti yaitu murid dari sekolah nurul ikhlas,soalnya kalau lihat dari mukanya seram banget dan mau ngajak kenalan aja nggak ada keberanian.
      Pertandingan atau lomba yang akan diadakan adalah Lomba agama dan Pertandingan olahraga.
Lomba agama  mencakup:
                                  X Pidato
                                  X Puisi Islam
                                  X Baca Al-Quran
Pertandingan olahraga:
*       Bola Kaki
*      Takraw
*      Catur Putra-putri
*      Badminton Putra-putri
*      Bola Voli Putra-putri
    Pertandingan bola volly dan,takraw,catur,dan lomba-lomba yang agama yang di mulai waktu itu memang bagus dan diadakan di sekolah itu.Tapi,pertandingan bola kaki dan badminton diadakan di belakang kantor camat.Jadi,kami semua harus pergi kesana.Karna nggak ada kendaraan nya,kami harus jalan kaki yang berjarak agak jauh dari sekolah. 
    Sebelum ke kantor camat,saya dan teman-teman makan siang di ruangan kosong yang berada di sebelah aula sekolah.Setelah itu,barulah kami pergi menuju kantor camat.Tapi,karna suara adzan sudah terdengar kami langsung mengambil wudhu dan sholat berjama’ah di masjid al-khairat.
    Sesudah sholat dzuhur, barulah kami ke kantor camat.Tetapi,cuaca waktu itu lagi tidak bagus.Dan ada kabar dari orang-orang di ukui bahwa,tangki di pertamina itu kebakaran tapi belum tahu penyebab nya apa.Sebagian orang ada yang bilang bahwa kebakaran itu sudah dimatikan,tapi da sebagian orang lagi bilang bahwa kebakaran itu makin membesar.                               
            Setelah memasuki GOR di belakang kantor camat, kami langsung duduk disana. Dan teman-teman lainnya pun memberikan suposter kepada teman yang lagi tanding. Akhirnya pertandingan badminton dan bola kaki pun selesai, kami pun langsung naik mobil lagi dan pergi ke sekolah MTs. Al-khairat , sesudah sampai kami langsung duduk di teras depan kantor.
            Setelah itu kami baris di depan kantor untuk mendengarkan pengumuman yang akan disampaikan oleh kepsek MTs. Al-khairat.Sekitar 20 menit pengumuman itu pun telah selesai,dan akhirnya kami langsung pulang ke ukui.

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
            Dari pengalaman di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pertandingan persahabatan itu memang bagus untuk diadakan. Karena dengan pertandingan ini kita bisa mendapatkan teman baru,dan suasana baru.

Saran
Dari makalah yang telah di buat saya telah menyimpulkan dan dapat mengambil saran untuk para pembaca, agar di setiap pertandingan persahabatan khususnya tuan rumah mempersiapkan tempat, dan bagi para tamu undangan agar tidak bertindak sewenang-wenang di tempat orang, aturi semua peraturan yang ada di tempat orang.