A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat
dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
berlangsung di sekolah dn di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman
belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal
di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan
optimalisasi pertimbanagan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari
dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga
menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan
itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk
memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan
pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah
cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagipendidikan adalah
memilih arah atau tujuan yang akan dicapai.
Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional no : 20 tahun 2003 Pasal
I, dijelaskan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1]
Pada dasarnya tujuan pendidikan nasional pun sejalan dengan pendidikan
Islam yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai salah satu sarana untuk
tercapainya tujuan tersebut, maka didirikanlah sekolah. Menurut pasal 9 UU
sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa satuan pendidikan
yang disebut sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan.
Pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya
mannusia (SDM) Bangsa Indonesia. Pendidikan menjadi sarana bagi pembentukan
intelektualitas, bakat, keperibadian / akhlak serta kecakapan peserta didik.
Atas pertimbangan inilah selayaknya semua pihak perlu memberikan perhatian
secara maksimal terhadap bidang pendidikan. Perhatian tersebut antara lain
direalisasikan melalui kerja keras secara kontinue dalam memperbarui dan
meningkatkan kualitas pendidikan dari waktu ke waktu. Melalui cara demikian,
pendidikan diharapkan mampu menjawab aneka macam kebutuhan.
Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik
menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan
sesuatu bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandangan
hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap
bengsa tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu
manusia yang sehat, kuat serta mempunyai ketrampilan, pikirannya cerdas serta
pandai, dan hatinya berkembang dengan sempurna.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa
agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan
berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan
demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan
anak-anak. untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan
Dalam Firman Allah Mengatakan :
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
“Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (An-Nahl :
78)
Tidak semua tugas mendidik
dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu
pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah
anak ke sekolah. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah adalah
bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus merupakan lanjutan dari
pendidikan keluarga. Dengan masuknya anak kesekolah, maka terbentuklah hubungan
antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan
tujuan yang sama, yakni mendidik anakanak.
Dapat dimengerti betapa
pentingnya kerjasama antra hubungan lingkungan itu. Kerjasama itu hanya
tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal. Contohnya guru dengan
orang tua murid. Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang
sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup
manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan
sesamanua.
Agama selalu mengajarkan
yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya. Untuk itu sebagai
benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas,
kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga
dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu
yang telah digariskan agama dan dapat menyelematkan anak agar tidak terjerumus
dalam jurang keterbelakangan mental.
Pendidikan agama merupakan
suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama
dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.
Sekolah Dasar Negeri 004 Simpang Pulai merupakan satuan pendidikan
tingkat dasar di bawah naungan departemen pendidikan nasional (Diknas) yang
berlokasi di Kecamatann Ukui kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau. Kurikulum yang di tetapkan yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yakni kurikulum operasional yang disusun sendiri dan
dilaksanakan tingkat satuan pendidikan itu sendiri.
Salah satu pelajaran dalam
kurikulum yang di terapkan saat ini adalah Pendidikan Agama Islam. Menurut Drs.
Ahmad D Marimba: Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali
beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah Kepribadian
muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih
dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung
jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam sebagai usaha membina
dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya
juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang
bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat
tercapai bila mana berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir
perkembangan atau pertumbuhannya.
Dari beberapa pengertian
di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-Quran terhadap anak-anak agar
terbentuk kepribadian muslim yang sempurna. Agar anak mempunyai akhlak yang
mulia, anak didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama
sebagai kontrol dalam kehidupan anak didik.
Dalam sejarah perkembangan
Islam, pada periode permulaan dakwah Nabi Muhammad saw. tidak langsung menuntut
sahabat-sahabatnya mengamalkan syariat Islam secara sempurna sebagai yang
dijabarkan dalam lima rukun Islam, akan tetapai selama 10 tahun di Makkah
beliau mengajarkan Islam lebih dahulu menitik beratkan pada pembinaan landasan
fundamental yang berupa keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Karena dari
landasan inilah manusia akan berakhlak yang baik. Hal ini merupakan
impelementasi dari aqidah.
Pada Penelitian ini,
penulis akan mengungkap pengaruh pendidikan agama materi meneladani perilaku
nabi Muhammad SAW dan nabi Ibrahim AS
Islam terhadap pembentukan akhlak anak didik di kelas IV SDN 004 Simpang
Pulai.
Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan
sebagai berikut:
- Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwa.
- Akhlak merupakan misi yang dibawa nabi Muhammad saw diutus ke dunia. Sabda Nabi Muhammad SAW :
Artinya :
“Sesunguhnya aku diutus
(Allah) untuk menyempurnakan akhlak (budipekerti)” (HR. Bukhori)
- Penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak anak didik.
B. Penegasan Istilah
Untuk lebih memahami arti kata dalam judul penelitian ini serta
menghindari kesalahfahaman terhadap istilah kata dalam judul ini, maka perlu
dijelaskan dalam depenisi istilah sebagai berikut :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah Usaha sadar dan
sistematis yang dilakukan tidak hanya untuk memenusiakan manusia tetapi juga
agar manusia menyadari posisinya sebagai Kholifatullah fil ardhi, yang
pada gilirannya akan semakin meningkatkan dirinya untuk menjadi manusia yang
bertakwa, beriman, beilmu dan berakhlakul karimah.
2. Agama
Agama adalah Undang-undang atau
pearturan-peraturan yang mengikat manusia dalam hubungannya dengan tuhannya dan
hubungan manusia dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan
manusia dengan alam.
3. Islam
Islam adalah berserah diri kepada Allah I dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya
dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan pelakunya. Barangsiapa
yang berserah diri kepada Allah I saja, maka dia adalah seorang muslim.
Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah I dan yang lainnya, maka dia adalah
seorang musyrik. Dan barangsiapa yang tidak berserah diri kepada Allah I, maka dia seorang kafir yang sombong.
4. Perkembangan
Perkembangan ialah perubahan fungsi
psikiss dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dab
proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan
yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa.
5. Akhlak
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar
dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang,
tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir
perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia
disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap
tersebut disebut akhlak yang buruk
C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah ini adalah sbagai berikut :
a.
Materi Pendidikan agama
Islam harus diberikan kepada peserta didik untuk pembentukan akhlak.
b.
Tugas guru memberikan
pengajaran yang baik
c.
Pelaksanaan tugas guru
Agama dalam pembentukan akhlak siswa di sekolah
d.
Faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan tugas guru dalam pembentukan akhak melalui pendidikan agama islam.
2. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami masalah yang diteliti dan
mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka penulis perlu membuat
batasan masaah sebagai berikut : “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap
Perkembangan Akhlak Siswa di Kelas IV SD Negeri 004 Simpang Pulai Kecamatan
Ukui”
3. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan dan
terarahnya pengkajian penelitian ini maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut apakah Pendidikan Agama Islam materi meneladani perilaku nabi Muhammad
SAW dan nabi Ibrahim AS dapat
mempengaruhi Perkembangan Akhlak Siswa kelas IV SD Negeri 004 Simpang Pulai
kecamatan Ukui ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah dengan Pendidikan Agama Islam materi meneladani perilaku
nabi Muhammad SAW dan nabi Ibrahim AS
dapat mempengaruhi Perkembangan Akhlak Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 004
Simpang Pulai kecamatan Ukui.
- Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
a.
Seagai bahan informasi bagi
para pimpinan, khususnya Kepala Sekolah Dasar Negeri 004 Simpang Pulai
Kecamatan Ukui
b.
Memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan bagi yang memerlukan.
c.
Sebagai bahan masukan bagi
penelitian selanjutnya yang ingin meneliti permasalahan yang sama, secara lebih
mendalam dan terarah.
E. Landasan Teoritis dan Konsep Operasional
1. Landasan Teoritis
a.
Pendidikan Agama
Islam
pendidikan
pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya
awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti
perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal
dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam
bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang
berarti pendidikan. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.[2]
Sedangkan
menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.[3]
Dari
semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan
yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa
yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan
kamil. Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam.
Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan
tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh
gambaran yang mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini beberapa defenisi
mengenai pendidikan Agama Islam.
Menurut
hasil seminar pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di
Cipayung Bogor menyatakan: Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap
pertrumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[4]
b.
Dasar-Dasar dan
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dasar
atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi
sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon
dasar itu adalah akarnya. Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan
berdirinya pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu.
Fungsinya
ialah menjamin sehingga "bangunan" pendidikan itu teguh berdirinya.
Agar usaha-usah yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber
keteguhan, suatu sumber keyakinan: Agar jalan menuju tujuan dapat tegas dan
terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh luar. Singkat dan
tegas dasar pendidikan Islam ialah Firman Tuhan dan sunah Rasulullah SAW.7
Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi al-Qur'an dan haditslah yang
menjadi fundamen. Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari
beberapa segi, yaitu:[5]
1.
Dasar Religius
Menurut Zuhairini, yang
dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran
agama Islam yang tertera dalam al-Qur'an maupun alhadits. Menurut ajaran Islam,
bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan
dan merupakan ibadah kepada-Nya.
2.
Dasar Yuridis Formal
Menurut Zuhairini dkk,
yang dimaksud dengan Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang
berasal dari perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat
dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di
sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.
3.
Dasar Ideal
Yang dimaksud dengan dasar
ideal yakni dasar dari falsafah Negara: Pancasila, dimana sila yang pertama
adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa
Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus
beragama.
4.
Dasar
Konsitusional/Struktural
Yang dimaksud dengan dasar
konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi
sebagai berikut: 1) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa
Negara menjamin tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agama
dan kepercayaannya. Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa
Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia
adalah orang-orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya
umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka diperlukan
adanya pendidikan agama Islam.
5. Dasar Operasional
Yang dimaksud dengan dasar
operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan
agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia. Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973.
Tap MPR nomor IV/MPR/1978 dan Tap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN,"
yang pada pokontya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara
langsung dimasukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar
sampai dengan universitasuniversitas negeri. Atas dasar itulah, maka pendidikan
agama Islam di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan
didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada.
6.
Dasar Psikologis Yang
dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang
membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya
pegangan hidup. Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan
pegangan hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada
sutu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk
berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan. Mereka akan merasa
tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang
Maha Kuasa. Dari uaraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan
tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.
c.
Ruang Lingkup Pendidikan
Agama Islam
Pendidikan
Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di
dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut[6]:
1.
Perbuatan mendidik itu
sendiri
Yang dimaksud dengan
perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dari
sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau
dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, mebimbing,
memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju
kepada tujuan pendidikan Islam.
2. Anak didik
Yaitu pihak yang merupkan
objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan
mendidik itu diadakan untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam
yang kita cita-citakan.
3.
Dasar dan Tujuan Pendidikan
Islam
Yaitu landasan yang
menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini
dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang
bertakwa kepada Allah dan kepribadian muslim.
4.
Pendidik
Yaitu subjek yang
melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk
berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar
terhadap hasil pendidikan Islam.
5. Materi Pendidikan Islam
Yaitu bahan-bahan,
pengalaman-pengalaman belajar ilm agama Islam yang disusun sedemikian rupa
untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.
6. Metode Pendidikan Islam
Yaitu cara yang paling
tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan
Islam kepada anak didik. Metode di sini mengemukakan bagaimana mngolah,
menyusun dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan
dimiliki oleh anak didik.
7.
Evaluasi Pendidikan
Yaitu memuat cara-cara
bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.
Tujuan pendidika Islam umumnya tidak dapat dicapai sekali \gus, melainkan
melaui proses atau pentahapan tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka
pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir
enga terbentuknya kepribadian muslim.
8.
Alat-alat Pendidikan Islam
Yaitu alat-alat yang dapat
digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam
tersebut lebih berhasil.
9.
Lingkungan
Yaitu keadaan-keadaan yang
ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam. Dari uaraian
di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu sangat luas,
sebab meliputi segala asapek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.
d.
Pengertian Akhlak
Pengertian
Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan
"akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya
"Khuluqun" (خلق)yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan
perkataan "khalkun"(خلق) yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq"(خالق) yang
berarti Pencipta dan "Makhluk" (مخلوق) yang berarti yang diciptakan[7].
Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al- Qur'an,
sebagai berikut:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
(Q.S. Al-Qalam, 68:4).[8]
Sedangkan
menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan
pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih
Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pikiran lebih dahulu.
2. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap
yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan
gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang
darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara',
maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela,
maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.
3. Prof. Dr. Ahmad Amin
Sementara orang mengetahui
bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu
bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya kehendak
ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang
kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya,
Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan
dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah
yang bernama akhlak.
Jika
diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana
tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi,
yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah
yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi
kebiasaan.
Jika
dikaitkan dengan kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islami,
secarasederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran
Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata
akhlak dalam menempati posisi sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebernya
berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka
akhlak Islami juga bersifat universal.
Dari
definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menjabarkan akhlak
universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang
terkandung dalam ajaran etika dan moral. Menghormati kedua orang tua misalnya
adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk
dan cara menghormati oarng tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran
manusia.
Jadi,
akhlak islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban
manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental, serta tujuan
berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dengan
demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan akhlak
lainnya. Jika aklhak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan manusia,
maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan dengan binatang,
tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara demikian,
masing-masing makhluk merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini.
e. Sumber dan Macam-macam Akhlak
1. Sumber Akhlak
Persoalan
"akhlak" didalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat dalam al-Hadits,
sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi
manusia ada yang menjelaskan artibaik dan buruk. Memberi informasi kepada umat,
apa yang mestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga
dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar
atau salah.
Kita
telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moral atau akhlak
yang berdasarkan Islam, yakni bertititk tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah
kepada Nabi atau Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada
agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlak
adalah al- Qur'an dan al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu
sendiri. 26 Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk
dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabat
Beliau yang selalu berpedoman kepada al-Qur'an dan as-Sunah dalam
kesehariannya. Beliau bersabda:
Artinya:
Dari Anas bin Malik
r.a. berkata, bahwa Nabi saw bersabda,"telah ku tinggalkan atas
kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya,
maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.
Dengan
demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau tindakan manusia
apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud mencapai kebahagiaan,
sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut sistem moral atau akhlak yang
agamis (Islam) dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan
menjauhi segala larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana
yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni al- Qur'an dan
al-Hadits.
f. Macam-macam Akhlak
1. Akhlak Al-Karimah
Akhlak
Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari
segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang
mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a)
Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki
sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia,
malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.
b)
Akhlak terhadap Diri
Sendiri
Akhlak yang baik terhadap
diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga
diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebgai
ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan
sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga
kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang
tercela.
c) Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk
social yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak
bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling
tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik
kepada saudara, Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita, dan
merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan
memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya.
Jadi, manusia menyaksikan
dan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak
dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya,
semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya. Sebaiknya
dalm kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya
agar selalu bersih, dapt tyerhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa
adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dan dipelihara dari
hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalah makhluk
sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya
saling berakhlak yang baik.
2. Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak
Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan
dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap
membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar,
dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam
dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
a) Berbohong
Ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang
tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
b) Takabur (sombong)
Ialah merasa atau mengaku
dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya
lebih hebat.
c) Dengki
Ialah rasa atau sikap
tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.
d) Bakhil atau kikir
Ialah sukar baginya
mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.
Sebagaimana
diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua:
akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan
rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang
dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang
oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka
itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.
g.
Tujuan Akhlak
Tujuan
dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang
bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam
tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas,
jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk
melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan
tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan
sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak
dan memperhatikan akhlak di atas segalagalanya.
Barmawie
Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak
adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu
terpelihara dengan baik dan harmonis.
Sedangkan
Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, tujuan akhlak adalah menciptakan
kebahagian dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan
kebahagian, kemajuan, kekuataan dan keteguhan bagi masyarakat.
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak padaprisnsipnya adalah
untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam berhubungan dengan
Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar,
hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih
dari makhluk lainnya.
Pendidikan
agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan apabila
dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang
dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh
agama. SEhingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam
adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.
h.
Pengertian Siswa
Dalam
pengertian umum, Siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan
dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa)
yang di serahkan kepada tanggung jawab pendidik.
Dalam
bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan
sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar
dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari sutu lembaga
pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang
sedang belajar, baik pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga
pendidikan non formal.
Siswa
adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar
anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses
interaksi edukatif.
Tokoh-tokoh
aliran behaviorisme beranggapan bahwa anak didik yang melakukan aktivitas
belajar seperti membaca buku, mendengarkan penjelasan guru, mengarahkan
pandangan kepada seorang guru yang menjelaskan di depan kelas, termasuk dalam
kategori belajar. Mereka tidak melihat ke dalam fenomena psikologis anak didik.
Aliran ini berpegang pada realitas dengan mata telanjang dengan mengabaikan
proses mental dengan segala perubahannya, sebagai akibat dari aktivitas belajar
tersebut.
Tetapi
aliran kognitivisme mengatakan lain bahwa keberhasilan belajar itu ditentukan
oleh perubahan mentak dengan masuknya sejumlah kesan yang baru dan pada
akhirnya mempengaruhi perilaku. Berbeda dengan aliran behaviorisme yang hanya
melihat fenomena perilaku saja, aliran kognitivisme jauh melihat ke dalam
fenomena psikologis.
i.
Pengaruh Pendidikan
Agama Terhadap Akhlak
Dalam
Pendidikan Agama Islam. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar
untuk mengembangkan intelektualitas dalam arti bukan hanya meningkatkan kecerdasan
saja, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia,
yang mencakup aspek keimanan, moral atau mental, prilaku dan sebagainya.
Pembinaan
kepribadian atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh
lingkungan khususnya pendidikan. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam
pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia
dan tingkat kemulian akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Dalam
pembentukan akhlak siswa, hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam
pembentukan akhlak sangat diperlukan pembinaan dan latihan-latihan akhlak pada
siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah kehidupan
praktis.
Agama
sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat memberiperanan positif
dalam perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat
diyakini secara mutlak.
Dalam
hal pembentukan akhlak remaja, pendidikan agama mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupannya. Pendidikan agama berperan sebagai
pengendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang
berdaran emosi. Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman
dalam kehidupannya sehari-hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka
tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi segala
keinginan-keinginannya yang timbul.
2. Konsep Operasional
Indikator keberhasilan guru dalam mengembangkan akhlak
Siswa melalui pelajaran Pendidikan Agama Islam
F. Metode Penelitian
1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan
selama kurang lebih tiga bulan, sedangkan lokasi penelitian ini dilaksanakan di
SD Negeri 004 Simpang Pulai Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah seluruh kelas IV Sekolah Dasar Negeri 004 Simpang Pulai
Kecamatan Ukui yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 14 orang siswa
laki-laki dan 12 orang siswa perempuan, dan menjadi objek penelitian ini adalah
perkembangan akhlak siswa menuju akhlak yang terpuji melalui pengajaran
Pendidikan Agama Islam.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah
sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 004 Simpang Pulai kecamatan Ukui
yang berjumlah 26 orang.
Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti, mengingat populasi dalam penelitian
ini kurang dari 100 orang maka penulis menggunakan sampel total atau
keseluruhan populasi sehingga tidak diperlukan tekhnik penarikan sampel.
4. Tekhnik Penyimpulan data
Adapun penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian.
Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Observasi
Sebagai
metode ilmiah observasi diartikan dengan pengamatan dan pencatatan engan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini mengadakan pengamatan
dengan mencatat data atau informasi yang diperlukan dan dibutuhkan sesuai
dengan masalah yang diikuti.
b. Dokumentasi
Suatu
usaha aktif baik suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengolahan
bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang mengadakan.
Dokumen ini dilakukan untuk memperoleh data sejarah didirikannya SDN 004
Simapng Pulai, keadaan sarana dan prasarana dan juga data-data guru SDN
004 Simpang Pulai.
c. Angket
Dengan
metode angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan tertentu,
kemudian disebarkan kepada responden, untuk mendapatkan jawaban yang diperlukan
secara langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi untuk dijadikan
sampel dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama Islam
terhadap pembentukan akhlak siswa. Angket yang digunakan penulis adalah angket
tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai jawaban terikat pada sejumlah
kemungkinan jawaban yang sudah disediakan
5. Rencana Tindakan Kelas
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang melalui tahapan tahapan yaitu
perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan refleksi. Disain penelitian
yang di lakukan adalah model siklus yang terdiri dari merencanakan.
Dalam tahap perencanaan atau persiapan
tindakan ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah sbagai berikut :
1.
Menyusun RPP berdasarkan
standar kompetensi dasar dengan langkah-langkah.
2.
Mminta kesediaan temen
sejawat (observer)
3.
Menyusun format pengamatan
(lembar observasi) tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
4.
Menyusun daftar pertanyaan
yang akan diberikan pada siswa diakhir pembelajaran.
Pada tindakan di tahap ini rancangan
strategi dan sekenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Dengan demikian
hendaknya di terapkan serinci mungkin secara tertulis, rencana tindakan itu
adalah :
a.
Pendahuluan
1. Membuka pembelajaran
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Memberikan
pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan melalui kisah dalam
Sepenggal Kisah
b.
Kegiatan inti
1. Beberapa
siswa membacakan kisah Nabi Ibrahim, sedangkan siswa yang lain menyimak dengan
baik
2. Siswa
mendengarkan dan mengamati uraian guru tentang bahan ajar yang disampaikan
3. Siswa
menceritakan kembali kisah ketaatan Nabi Ibrahim terhadap orangtua mengunakan
bahasa sendiri secara kelompok dan individu
4. Siswa
menceritakan kembali kisah ketaatan Nabi Ibrahim terhadap Allah SWT menggunakan
bahasa sendiri secara kelompok dan individu
5. Siswa
mengemukakan pendapatnya tentang ketaatan Nabi Ibrahim terhadap orangtua dan
terhadap Allah SWT
c.
Pengembangan
1. Guru meminta siswa mengatur tempat duduk antara mereka
2. Guru
meminta siswa memberikan contoh perilaku taat terhadap orang tua dari
pengalaman merekea sehari-hari.
3. Guru menyuruh siswa meneladani
ketaatan Nabi Ibrahim terhadap orangtua dan terhadap Allah SWT dalam praktik
keseharian mereka
d.
Penutup
1. Guru
mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang kisah Nabi Ibrahim AS yang telah di
pelajari
2. Guru
memberikan kesimpulan ringkas tentang materi yang disampaikan
3. Guru
memberikan tugas agar anak dapat mengaplikasikan sifat terpuji dalam kehidupan
sehari-hari agar berakhlak mulia.
6. Tekhnik
Analisa Data
Keterangan :
0r : Ordinat yang lebih rendah
0t : Ordinat yang lebih tinggi
M :
Mean (rata-rata)
Sdtot : Standar deviasi total
P :
Propersi individual dalam golongan
Untuk mencari standar deviasi
total digunakan rumus sebagai berikut :
Untuk
memperoleh interpretasi terhadap korelasi serial agar mendekati harga “r”
product moment dapat digunakan rumus “r” Chotomisasi
G. Sistematika Penulisan
Gambaran Umum
tentang hal yang akan dibahas dalam penelitian maka penulis menyusun
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
d. Metode Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Kerangka Teori dan Konseptual
b. Hipotesis Penelitian
BAB III POFIL LOKASI PENELITIAN
a. Sejarah Lokasi Penelitian
b. Lokasi Penelitian
c. Data Statistik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
a. Penyajian Data
b. Analisis Data dan Interpretasi
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
al-Qur'an dan Terjemah, Departemen
Agama Republik Indonesia, Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 2004
Arifin, Prof. H. M. M.
Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987, Cet ke-1
Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Jilid 1, Bandung
: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan Jilid II, Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama, 2007
Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian, Jakarta,
Yayasan Kelopak Magna script, 2004
Zubaedim, M.Pd. Pendidikan Berbasii Masyarakat. Jogjakarta,
Pustaka Pelajar, 2007
Wahyudin. M.Pd, Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak, Semarang,
Toha Putra, 2010
Masrun, Moh, dkk., Senang Belajar Agama Islam Untuk
Sekolah Dasar Kelas IV, Jakarta, Erlangga, 2007
[1]
TPIP FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jilid 1, 2007, Bandung,
Imtima, hal. vii
[2]
TPIP FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jilid 1, 2007, Bandung,
Imtima, hal. 8
[3] Ibid,
10
[5] Dra. Zuhairini, Drs. Abdul Ghofir, Drs. Slamet As. Yusuf, Metodik
Khusus Pendidikan
Agama (Surabaya: biro Ilmiah
fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), Cet ke-8, h. 22-23
[6] Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta;
Kalam Mulia, Cet ke-4 2004), h. 1
[7] Dra. Zuhairini, Drs. Abdul Ghofir, Drs. Slamet As. Yusuf, Metodik
Khusus Pendidikan
Agama (Surabaya: biro Ilmiah
fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), Cet ke-8, h. 23
[8] al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia,
(Jakarta: CV. Toha Putra
Semarang, 1989), h. 413
No comments:
Post a Comment