SELAMAT DATANG PENGUNJUNG BLOG KAMI, SEMOGA ANADA DAPAT MANFAAT DARI BLOG YANG SAYA BUAT INI.

Friday, March 2, 2012

PENINGKATAN PERAN AKTIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN METODE KERJA KELOMPOK DI SDN 002 UKUI


Proposal


A.    Latar Belakang
Pendidikan dan ilmu pengetahuan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, tanpa pendidikan dan ilmu pengetahuan manusia tidak akan dapat melakukan tugasnya sebagai makhluk Allah yang diberikan kelebihan dari makhluk lainnya di muka bumi ini.
Ilmu merupakan kunci dan syarat diterimanya ibadah. Rasullah SAW pernah menyatakan bahwa ibadah yang dilakukan tanpa ilmunya itu tertolak dan salah dan salah satu sebab yang memungkinkan manusia menjadi beriman dan bertaqwa kepada Allah adalah ilmu. Ilmu pengetahuan tersebut diperoleh dari belajar, berfikir dan berbuat, itulah yang disebut pendidikan, pedidikan adalah proses untuk mendapat pengetahuan, semakin banyak orang belajar semakin banyak yang akan diketahui.
Orang yang beriman dan orang yang memiliki ilmu pengetahuan memiliki kedudukan tinggi disisi Allah SWT sebagai mana firman Allah dalam surat al-Mujadalah ayat 11 :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadallah : 11)[1]
Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional no : 20 tahun 2003 Pasal I, dijelaskan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. [2]
Pada dasarnya tujuan pendidikan nasional pun sejalan dengan pendidikan Islam yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai salah satu sarana untuk tercapainya tujuan tersebut, maka didirikanlah sekolah. Menurut pasal 9 UU sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa satuan pendidikan yang disebut sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan.
konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran, menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Mereka dianggap sebagai individu yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga melalui proses pengajaran mereka dituntut memahami segala sesuatu yang diberikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru. Kadang-kadang jenis informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari tidak berpijak dari kebutuhan siswa, baik dari segi pengembangan bakat maupun dari minat siswa akan tetapi berangkat dari pandangan apa yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.[3]
Peran guru sebagai pengelola kelas merupakan peran yang sangat penting. Bagaimana dalam pengajaran klasikal, efektifitas belajar mengajar sangat ditentukan oleh kepiawaian guru dalam mengatur dan mengarahkan kelas.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana belajar mengajar. Terdapat beberapa jenis perilaku yang dapat mengganggu iklim belajar mengajar.
Tidak adanya atau kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas merupakan salah satu perilaku siswa yang dapat mengganggu iklim belajar mengajar. Prilaku tersebut biasanya ditunjukan oleh tindakan-tindakan tertentu misalnya mengobrol ktika guru sedang menjelaskan, atau melakukan aktifitas lain yang tidak ada kaitannya dengan materi pelajaran seperti membaca buku atau majalah, malah sering ditemukan ada siswa yang sengaja menggambar wajah guru yang sedang mengajar. Kejadian-kejadian semacam ini merupakan awal dari terjadinya iklim belajar mengajar.
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil merupakan strategi yang banyak dianjurkan oleh para pendidik. Strategi ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok merupakan strategi pengajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh pengetahuan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa, yang ingin diperoleh melalui kerja kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya.
Oleh karena itu setiap guru agama harus mampu menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat dan mampu meningkatkan gairah belajar anak didik serta mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, sistematis dan cermat.
Sekolah Dasar Negeri 002 Ukui merupakan satuan pendidikan tingkat dasar di bawah naungan departemen pendidikan nasional (Diknas) yang berlokasi di  Kecamatann Ukui kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Kurikulum yang di tetapkan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yakni kurikulum operasional yang disusun sendiri dan dilaksanakan tingkat satuan pendidikan itu sendiri.
Salah satu pelajaran dalam kurikulum yang di terapkan saat ini adalah Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana diketahui bahwa materi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat banyak dan luas, sementara alokasi waktu juga sangat terbatas, yakni dalam satu minggu terdapat tiga jam pelajaaran. Untuk itu guru agama di sekolah Dasar Negeri 002 Ukui Kecamatan Ukui telah beruasaha untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, diantaranya.
1.      Selalu hadir di jam mengajar.
2.      Membuat Rencana Pelaksana Pembelajaran.
3.      Mengemukakan tujuan pelajaran pada permulaan pelajaran.
4.      Bersedia mengajarkan kembali materi yang belum dipahami oleh peserta didik.
5.      Menentukan topik-topik mata pelajaran.
Namun berdasarkan hasil survei yang penulis lakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 002 Ukui Kecamatan Ukui peran aktif dalam mengikuti pelajaran sangat rendah sehingga berpengaruh pada nilai. Hal ini dapat diketahui dengan dikemukakan gejala sebagai berikut :
1.      Siswa kurang bergairah dalam belajar.
2.      Siswa kurang aktif dalam diskusi.
3.      Siswa yang memilkiki kemampuan kurang cenderung pasif.
4.      Siswa jarang bertanya ketika mengjaran PAIikuti proses pembela
5.       Sebagian siswa tidak bisa membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan
6.      Masih ada murid yang bermain-main dalam mengikuti proses pembelajaran PAI.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, sangat menarik perhatian penulis untuk mengangkat masalah ini dan meneliti lebih jauh dengan judul “PENINGKATAN PERAN AKTIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR  PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN METODE KERJA KELOMPOK DI SDN 002 UKUI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN.
B.     Permasalahan
1.      Identifikasi Masalah
Dalam proses ini peserta didik terutama mengalami keterlibatan intelektual-emosional, disamping keterlibatan fisiknya, maka idealnya guru yang profesional harus mengetahui situasi kelas agar terciptanya out put yang baik. Dalam hal ini idealita dalam pembelajaran kelompok yaitu :
1.      Guru membina serta mendorong peserta didik dalam meningkatkan kegairahan peserta didik /siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar-mengajar.
2.      Sikap guru tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar.
3.      Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut cara, irama serta tingkat kemampuan masing dalam proses belajar mengajar mengajar.
4.      Guru mampu untuk menggunakan bermacam strategi belajar-mengajar serta pendekatan multimedia dalam proses belajar mengajar.
5.      Siswa berani untuk mewujudkan minat, keinginan serta dorongan yang terdapat pada anak dalam suatu proses belajar-mengajar.
6.      Pada diri peserta didik tumbuh kreatifitas dalam menyelesaikan kegiatan belajarnya hingga mencapai tingkat keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar.
2.      Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan terhadap permasalahan pokok yang akan dikaji, yakni upaya “Peningkatan Peran Aktif Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar  Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Metode Kerja Kelompok Di SDN 002 Ukui Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan.”
3.      Rumusan Masalah
1.      Apakah pembelajaran dengan metode kerja kelompok dapat membuat siswa menjadi aktif ?
2.      Apakah pembelajaran dengan metode kerja kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?
C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan perna aktif siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam murid kelas V Sekolah Dasar Negeri 002 Ukui Kecamatan Ukui.
2.      Kegunaan Penelitian
a.       Guru ingin meningkatkan pemahaman siswa mengenai isi atau materi pelajaran melalui penyelidikan dan diskusi dengan teman-temannya;
b.      Guru ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
c.       Guru ingin meningkatkan motivasi siswa dan menambah partisipasi dalam kegiatan belajar;
d.      Guru ingin mengikutsertakan siswa dalam menganalisis beberapa bagian isi pelajaran, akan tetapi waktu tidak mencukupi apabila seluruh siswa menganalisis seluruh isi  materi pelajaran tersebut.
e.       Guru ingin meningkatkan kemapuan siswa dalam memecahkan masalah dan menyadari bahwa masalah itu dapat dipecahkan dengan berbagai cara;
f.       Jika alat atau fasilitas yang tersedia sangat terbatas, sehingga melalui kelompok kerja alat tersebut dapat digunakan secara bergiliran.


D.    Penegasan Istilah
Untuk lebih memahami arti kata dalam judul penelitian ini serta menghindari kesalahfahaman rerhadap istilah kata dalam judul ini, maka perlu dijelaskan dalam depenisi istilah sebagai berikut :
1.      Peran aktif
Peran aktif, menurut Newcom, dkk dalam Asri (2004) menggambarkan konsistensi tingkah lakunya terhadap tata hubungan yang relatif stabil dengan orangorang lain dalam kelompoknya. Berarti pengertian peran aktif di sini adalah tindakan atau tingkah laku yang berkesinambungan dalam kaitannya dengan tata hubungan dalam kelompok/organisasi.
2.       Siswa
Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar.
3.      Proses Belajar Mengajar
Proses belajar megajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Proses belajar mengajar memeiliki makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar semata. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.
4.      Metode
Metode merupakan cara melakukan atau menyajikan, sesuatu pekerjaan atau pelajaran untuk mencapai tujuan tertentu
5.      Kerja Kelompok
Robert L. Cilstrap dan William R Marti, memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar

Jadi  kerja kelompok yaitu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau group tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan, dengan cara bersama-sama dan bertolong-tolongan
E.     Landasan Teoritis dan Konsep Operasional
1.      Landasan Teoritis
a.      Metode Kerja Kelompok
Istilah kerja kelompok mengandung arti : siswa-siswi dalam suatu kelas dibagi dalam ke dalam beberapa kelompok, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Pengelompokkan itu biasanya didasarkan atas prinsip mencapai tujuan bersama. Dan oleh karena itu kerja kelompok berarti bekerja bersama-sama secara bergotong royong untuk mencapai tujuan yang menjadi cita-cita bersama pula.
Dengan kata lain metode kerja kelompok yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau group tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan, dengan cara bersama-sama dan bertolong-tolongan
Cara pengelompokkan disini dapat pula dilakukan oleh siswa itu sendiri, dengan maksud agar siswa dapat menetapkan mana di antara teman yang dapat diajak untuk bekerja sama dalam kelompoknya. Namun pengelompokkan dapat juga dilakukan dengan cara bimbingan guru bersangkutan dengan didasari atas pertimbangan didaktis dan psikologis.
DalamAl-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan pentingnya kerja kelompok ini menjadi prinsip dalam pendidikan Islam : Sebagaimana firman Allah yang berbunyi :
“Bertolong-tolonglah untuk kebaikan dan takwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan tentang dosa dan pemusuhan”
b.      Langkah-langkah pengelompokkan yang perlu diperhatikan
1.      Tidak mengabaikan asas individualitas, dimana masing-masing siswa dalam kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadi yang berada dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing. Dan oleh karena itu siswa dapat dilayani sesuai dengan karakteristik mereka masing-masing
2.      Jika dimaksudkan untuk memperolehdan memperbesar peran atau partisipasi dari masing-masing siswa dalam kelompoknya
3.      Mempertimbangkan fasilitas yang tersedia/dimiliki
4.      Pembagian jenis kerja dan tujuan khusus yang hendak dicapai
c.       Segi-segi kebaikan metode kerja kelompok :
1.      Menumbuhkan rasa kebersamaan dan toleransi dalam sikap dan perbuatan
2.      Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok untuk tampil sebagai kelompok yang terbaik sehingga dengan demikian terjadilah persaingan yang sehat, untuk berlomba-lomba mencari kemajuan dan prestasi dalam kelompoknya
3.      Kemungkinan terjadi adanya transfer pengetahuan antar sesama dalam kelompok yang masing-masing dapat saling isi mengisi dan melengkapi kekurangan dan kelebihan antar mereka
4.      Timbul rasa kesetiakawanan sosial antar kelompok/group yangb dilandasi motivasi kerja sama untuk kepentingan dan kebaikan bersama
5.      Dapat meringankan tugas guru atau pemimpin sekolah
d.      Kekurangan metode kerja kelompok :
1.      Melalui metode kerja kelompok, memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang
2.      Persaingan yang tidak sehat akan terjadi manakala guru tidak dapat memberikan pengertian kepada siswa. Bahkan pembagian tugas yang dilakukan bukanlah dimaksudkan membeda-bedakan satu dengan yang lainnya dalam arti yang luas
3.      Bagi siswa yang tidak memiliki disiplin diri dan pemalas terbuka kemungkinan untuk pasif dalam kelompoknya, dan hal ini berpengaruh kepada aktivitas kelompok secara kolektif
4.      Sifat dan kemampuan individualitas kadang-kadang terasa diabaikan
5.      Jika tugas yang diberikan kepada kelompok masing-masing kemudian tidak diberikan batas-batas waktu tertentu, maka cenderung tugas tersebut diabaikan /terlupakan
6.      Tugas juga dapat terbengkalai manakala tidak mempertimbangkan segi psikologis dan didaktis anak didik
e.       Saran-saran pelaksanaan metode kerja kelompok
1.      Usahakan jumlah anggota dari masing-masing kelompok tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil/sedikit. Biasanya jumlah anggota kelompok berkisar antara 4 (empat) sampai 6 (enam) orang, sebaiknya 5 (lima) orang
2.      Pembentukan dan pembagian kelompok hendaknya mempertimbangkan segi minat dan kemampuan siswa
3.      Guru hendaknya menjelaskan pelaksanaan dan manfaat dari tugas kerja kelompok
4.      Masing-masing siswa dalam kelompoknya harus bertanggung jawab dan bekerja bersama-sama untuk kemajuan kelompoknya
Dalam pelajaran agama, metode kerja kelompok ini dapat diterapkan. Misalnya pada pekerjaan menerjemahkan buku-buku agama yang mungkin literatur berbahasa Arab dan Inggris. Dan membahas/meresume bahan-bahan pelajaran pada bab-bab tertentu dan lain sebagainya.[4]
Dengan melalui kerja kelompok tersebut siswa merasa tergugah untuk mendalami ajaran agama Islam yang begitu luas ini.

f.       Partisipasi Aktif Siswa
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. [5]
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Partisipasi aktif siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari, dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa partisipasi aktif ini harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik juga dibutuhkan.
Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka berfikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya siswa adalah makhluk yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki siswa secara kodrati itu akan berkembang kearah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan tersebut. Keadaan ini menyebabkan setiap guru perlu menggali potensi-potensi keberagaman siswa melalui keaktifan yang mereka aktualisasikan dan selanjutnya mengarahkan aktifitas mereka kearah tujuan yang positif atau tujuan pembelajaran. Hal ini pula yang mendasari pemikiran bahwa kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan dan mendorong seluas-luasnya partisipasi aktif siswa. Ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran sangat memungkinkan partisipasi aktif siswa menjadi tidak subur, bahkan mungkin justru menjadi kehilangan keaktifannya.
Contoh penerapan prinsip partisipasi Aktif dalam Pembelajaran Kemampuan Guru Kegiatan Pembelajaran Guru merancang/ mendesain pesan pembelajaran dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran , Guru menugaskan siswa dengan kegiatan yang beragam , misalnya: · Percobaan · Diskusi kelompok · Memecahkan masalah · Mencari informasi · Menulis laporan/cerita/puisi · Berkunjung keluar kelas Bambang Warsita (2008) menyatakan bahwa Penerapan prinsip partisipasi aktif dalam rancangan bahan ajar dan aktifitas dari guru didalam proses pembelajaran adalah dengan cara:
1.      Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam proses belajarnya.
2.      Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen.
3.      Memberi tugas individual atau kelompok melalui kontrol guru.
4.      Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
5.      Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
g. Yang Diperhatikan dalam melaksanakan Metode Kerja Kelompok
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif.
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
2. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam kerja kelompok perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.


4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja berpasangan atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
2.      Konsep Operasional
Konsep ini di gunakan dalam rangka memberikan batasan terhadap kerangka teoritis. Konsep ini diperlukan agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami penelitian ini. Indikator keberhasilan guru dalam meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar Agama Islam melalui metode kerja kelompok adalah jika tindakan yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan proses pembelajaran mencapai angka 85%. Dan untuk mengetahuinya adalah dengan cara menganalisa data aktivitas guru dan peran siswa dalam proses pembelajaran dengan penggunaan metode kerja kelompok yang sifatnya mengkuantifkan jawaban bersifat kualitatif.
Adapun metode kerja kelompok dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dalam  indikator-indikator sebagai berikut :
1.      Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.      Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4.      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.      Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Dalam penggunaan metode kerja kelompok pada mata pelajaran agama islam
F.     Metode Penelitian
1.      Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan. Penelitian ini berlokasi di SDN 002 Ukui kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Popinsi Riau.


2.      Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 002 Ukui kecamatan Ukui yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan dan menjadi objek dalam penelitian ini adalah Peran aktif siswa pada Pelajaran Agama Islam.
3.      Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 002  Ukui  kecamatan Ukui yang berjumlah 26 orang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, mengingat populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 orang maka penulis menggunakan sampel total atau keseluruhan populasi sehingga tidak diperlukan tekhnik penarikan sampel
4.      Tekhnik Pengumpulan Data
Adapun jenis data pada penelitian ini adalah (1) Primer berupa peran aktif siswa berbentuk angka dan data (hasil angket yang di berikan juga doumentasi). (2) Sekunder berupa pelaksana tindakan berupa kata-kata atau kalimat (wawancara).
a.       Data peran aktif belajar siswa selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung diperoleh melalui lembaran observasi motivasi belajar siswa.
b.      Data observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yaitu data tentang hasil dari aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
5.      Rencana Tindakan Penelitian
1.      Rencana
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang melalui tahapan tahapan yaitu perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan refleksi. Disain penelitian yang dilakukan adalah model siklus yang terdiri dari merencanakan.
Dalam tahap perencanaan atau persiapan tindakan ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Menyusun RPP berdasarkan standar kompetensi dasar dengan langkah-langkah penggunaan metode Kerja kelompok.
b.      Meminta kesediaan teman sejawat.
c.       Menyusun format pengamatan (lembar observasi) tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
d.      Menyusun daftar pertanyaan yang akan diberikan pada siswa diakhir pelajaran.
2.      Tindakan
Pada tahap ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Dengan demikian hendaknya diterapkan serinci mungkin secara tetulis, rencana tindakan itu adalah :
a.       Pendahuluan
1.      Membuka pembelajaran
2.      Menyampaikan pembelajaran
b.      Kegiatan Inti
1.      Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Fase
2.      Menyajikan informasi. Fase
3.      Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
4.      Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
c.       Pengembangan
1.      Untuk SD sebaiknya setiap kelompok diberi nama (misalnya nama binatang, bintang, ilmuwan)
2.      Setiap kelompok harus mempunyai pembicara, penulis, yang diatur secara bergantian
3.      Anggota kelompok harus saling mengenal satu sama lain
4.      Pembentukan kelompok dilakukan oleh siswa sendiri namun guru dapat mengubah sesuai dengan situasi kelas.
5.      Kelompok-kelompok harus mengetahui apa yang akan dilakukan dan dapat mengatur posisi kerja kelompok.
6.      Perintah harus diberikan kepada siswa dalam bentuk tertulis sebelum siswa bekerja sehingga setiap anggota kelompok mengetahui apa yang menjadi tugasnya.
7.      Guru harus menentukan waktu untuk kegiatan kerja kelompok.
8.      Pembicara kelompok harus melaporkan hasil kelompok kepada kelas. Hasil observasi serta hasil lain harus ditulis di papan tulis.
9.      Sementara siswa bekerja guru berkeliling untuk membantu siswa yang menemui kesulitan. Harus diingat bahwa guru hanya membantu bila diperlukan.
d.      Penghargaan
1.      Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.
2.      Guru mencari cara untuk menghargai upaya-upaya hasil belajar individu maupun kelompok.
6.      Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, data yang terkumpul diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata, data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-angka yang diproses dan diolah dalam bentuk tabel prosentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan prosentase lalu ditafsirkan menggunakan kata-kata. Teknik analisa data tersebut digunakan untuk menilai peran aktif siswa dalam proses proses belajar mengajar pelajaran agama islam dengan metode kerja kelompok.
Secara kuantitatif baik atau tidak pmetode kerja kelompok dalam mendukung peran aktif siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      76 %-100 % dikategorikan baik
2.      56 %-75 % dikategorikan cukup baik
3.      40 %-55 % dikategorikan kurang baik
4.      Kurang dari 40 % dikategorikan tidak baik.[6]

Rscr
Keterangan :
0r         : Ordinat yang lebih rendah
0t         : Ordinat yang lebih tinggi
M         : Mean (rata-rata)
SDtot  : Standar deviasi total
P          : Propersi individual dalam golongan

Untuk mencari standar deviasi total digunakan rumus sebagai berikut :

Untuk memperoleh interpretasi terhadap korelasi serial agar mendekati harga “r” product moment dapat digunakan rumus “r” Chotomisasi






G.    Sistematika Penulisan
Adapun sistematika laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I             : PENDAHULUAN, terdiri dari : latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika laporan
BAB II            : TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari kerangka teoritis dan konsep operasional.
BAB III          : DESKRIPSI SECARA UMUM TENTANG SDN 002 Ukui : Sejarah berdirinya Sekolah, keadaan tenaga pengajar, keadaan siswa, sarana dan prasarana, kurikulum.
BAB IV          : PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
BAB V            : PENUTUP, berisikan Kesimpulan dan Saran-Saran 


DAFTAR PUSTAKA

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta : Quantum Teaching, 2005
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama, 2007
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikana Islam, Pustaka Setia, Bandung 1996
Sudarman Danim, Inovasi Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung 2002
Udin S, Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, Universitas Terbuka, Jakarta 1981
Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosda Karya Bandung, 2007
MartinisYamin. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. GP Press, 2009



[1] Al-qur’anul karim
[2] Irfan Supandi, AgendaMuslim, 2005, Solo. Media Insani. H. 17
[3] Udin S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka Jakarta (2007). H. 10
[4] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2004, Hal. 235
[5] Nurkholis, Manajemen berbasis sekolah, PT.Grasindo, Jakarta, 2003,hal.153
[6] Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Renika Cipta, Jakarta, 1996, Hal. 243 

No comments: