SELAMAT DATANG PENGUNJUNG BLOG KAMI, SEMOGA ANADA DAPAT MANFAAT DARI BLOG YANG SAYA BUAT INI.

Friday, March 2, 2012

PERBEDAAN TINGKAT EMPATI SISWA YANG ORANG TUANYA PEGAWAI DENGAN BUKAN PEGAWAI DI KELAS V SDN 001 UKUI SATU”


BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar  Belakang
Menyelenggarakan Pendidikan berkualitas merupakan amanah Undang-undang yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003. Pada pasal 3 disebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas 2003 pasal 3).
Pendidikan yang berkualitas adalah Pendidikan yang mampu mengembangkan kemampuan, membentuk Karakter dan Peradaban Bangsa. Oleh karena itu harus dikembangkan dalam pendidikan di sekolah aspek : keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, kesehatan, ilmu, kecakapan, kreativitas, kemandirian, demokrasi dan tanggung jawab pada anak didik dan seluruh stakeholders Pendidikan.
Kondisi Saat ini kebanyakan sekolah hanya mengembangkan aspek-aspek pendidikan secara dangkal : Dimensi kognitif (hanya menghafal);Dimensi ketrampilan (mekanistik); Dimensi nilai tidak terurus dan tidak mendalam; Dimensi hubungan (ranah interaktif) tidak tergarap. Padahal seharusnya sekolah berkualitas mampu mengembangkan Dimensi kognitif (menguasai pengetahuan dan bidang studi); Dimensi ketrampilan: a.l. ketrampilan untuk melakukan pekerjaan, pemecahan masalah, berfikir kreatif, dll. Dimensi nilai: a.l. sikap terhadap diri, terhadap orang lain, terhadap lingkungan, dan kepada Maha Pencipta; Dimensi hubungan: hubungan yang dibangun oleh keluaran pendidikan (outcome) terutama dunia kerja dan masyarakat.
Pendidikan karakter harus terus ditingkatkan agar semua siswa dapat optimise dalam mengikuti pembelajaran dan tidak merasa minder atau rendah diri, gejala-gejala yang ditemukan di SDN 001 Kecamatan Ukui. Adapun gejala-gejala yang terlihat di lapangan adalah sebagai berikut :
  1. Adanya sebagian siswa yang rendah diri dan merasa minder ketika masuk sekolah.
  2. Adanya sebagian siswa yang kurang termotivasi dalam belajar.
  3. Adanya sebagian siswa yang kurang di perhatikan di rumah dengan orang tuanya, sehingga di sekolah banyak tertinggal pelajaran.
  4. Adanya sebagian siswa yang tidak memiliki buku teks pelajaran karena tidak mempunyai uang ketika di tanya alasan, sehingga susah untuk mengerjakan tugas di sekolah.
Dari berbagai gejala tersebut penulis menduga bahwa perbedaan tingkat empatik siswa karena landasan setatus pekerjaan orang tua, oleh sebab itu dilakukan penelitian dengan judul PERBEDAAN TINGKAT EMPATI SISWA YANG ORANG TUANYA PEGAWAI DENGAN BUKAN PEGAWAI DI KELAS V SDN 001 UKUI SATU”
1.      Rumusan Masalah
a.       Bagaimangambaran tingkat empati siswa yang orang tuanya berasal dari pegawai di kelas V SDN 001 Ukui
b.      Bagaimana gambaran tingkat empati siswa yang orang tuanya yang bukan pegawai di kelas V SDN 001 Ukui satu.
c.       Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat empati siswa yang orang tuanya pegawai dengan bukan pegawai di kelas V SDN 001 Ukui Satu.
2.      Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini :
a.       Untuk mengetahui gambaran tingkat empati siswa yang orang tuanya berasal dari pegawai di kelas V SDN 001 Ukui.
b.      Untuk mengetahui gambaran tingkat empati siswa yang orang tuanya yang bukan pegawai di kelas V SDN 001 Ukui satu.
c.       Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara tingkat empati siswa yang orang tuanya pegawai dengan bukan pegawai di kelas V SDN 001 Ukui Satu.
3.      Manfaat Penelitian
a.       Penelitian ini melatih menulis secara ilmiah untuk memenuhi persyaratan sarjanah Pendidikan sedang study bimbingan konseling prodi BK FKIP UNRI.
b.      Hasil penelitian dapat dijadikan data atau impormasi bagi yang membutuhkan terutama untuk mengembangkan tingkat oftimisme siswa.
c.       Hasil penelitian dapat digunakan oleh sekolah terutama guru-guru dan kepala sekolah di dalam membawa anak didik.
d.      Hasil penelitian dapat di manfaatkan oleh pimpinan sebagai dasar untuk membuat suatu keputusan atau kebijakan.
4.      Definisi Operasional
a.      Pengertian Empatik
Yang dimaksud dengan empati adalah kesanggupan seseorang untuk menempatkan diri sendiri dalam situasi sosial dan membentuk suatu pendapat yang benar, semakin sering menarik kesimpulan yang  benar maka semakin  besar kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang terdapat dalam hubungan dengan orang lain (Peter lauster dalam  DH GULO. Hal. 101)
Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
b.      Orang tua
Orang tua menurut Kunaryo Hadikusumo (1996 : 40) sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat hidup dan berkembang makin dewasa.
c.       Pegawai negri
warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 1 UU 43/1999).


BAB II
LANDASAN TEORI


  1. Pengertian Empati
pengertian (empati). Menurut Thomas F. Mader dan Diane C. Mader (1990), empati adalah kemampuan seseorang untuk share-feeling yang dilandasi kepedulian-kepedulian ini ada tingkatannya.
Kalau mau merujuk pada teori kompetensi, tingkatan yang paling rendah adalah ketika kita baru dapat memahami ungkapan verbal, entah itu perasaan atau pikiran. Tingkatan menengahnya adalah ketika kita sudah dapat memahami isu kompleks yang ada di balik suatu percakapan; mampu mengerti penyebab yang kompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang di masa lalu. Dan, yang paling tinggi adalah memahami lalu tergerak untuk memberikan bantuan nyata yang dibutuhkan orang itu berdasarkan keadaannya.
Empati ini sangat kita butuhkan. Jika dikaitkan dengan penjelas-an sebelumnya, empati akan membuat kita terbiasa menjadi orang yang tidak terlalu efektif dan tidak terlalu human. Empati akan membuat kita dapat memisahkan orang dan masalahnya dengan cepat; empati akan mendorong kita untuk lebih melihat bagaimana menyelesaikan masalah ketimbang bagaimana menyerang orang (concerning on people).
Ada pemikiran dari Daniel Goleman (2001) soal melatih empati.” Untuk melatih empati, Goleman menyarankan lima hal, yaitu:
  1. Cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain (under-standing others).
  2. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain (service orientation).
  3. Memberikan masukan-masukan positif atau membangun orang lain (developing others).
  4. Mengambil manfaat dari perbedaan, bukan menciptakan konflik dari perbedaan (leveraging diversity).
  5. Memahami aturan main yang tertulis atau yang tidak tertulis dalam hubungan kita dengan orang lain (political awareness).
Dalam kehidupan ini banyak peristiwa yang lepas dari pandangan kita yang sejatinya  bisa  memberikan  banyak  pelajaran  bagi  hidup  kita.  Peristiwa  yang mengharukan maupun membahagiakan tetap memiliki arti. Kemampuan kita untuk memahami dan mengalami suatu perasaan positif dan negatif akan membantu kita memahami makna kehidupan yang sebenarnya.  Kemampuan ini  sering  disebut sebagai atribut empati.
Empati merupakan bagian penting social competency  (kemampuan sosial). Empati juga merupakan salah satu dari unsur-unsur kecerdasan sosial. Ia terinci dan berhubungan  erat  dengan  komponen-komponen  lain,  seperti  empati  dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan pengertian sosial. Empati dasar yakni memiliki perasaan  dengan  orang  lain  atau  merasakan  isyarat-isyarat  emosi  non  verbal. Penyelarasan yakni mendengarkan dengan penuh reseptivitas, menyelaraskan diri pada seseorang. Ketepatan empatik yakni memahami pikiran, perasaan dan maksud orang lain dan pengertian sosial yakni mengetahui bagiamana dunia sosial bekerja (Goleman, Daniel, 2007 :114)
Sementara itu,  secara  sederhana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  empati  adalah  keadaan  mental  yang  membuat  seseorang  merasa  atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan
orang  atau  kelompok  lain.  Empati  adalah  kemampuan  seseorang  dalam ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang lain. Seseorang tersebut tidak hanyut dalam suasana orang lain, tetapi memahami apa yang dirasakan orang lain itu.
Secara lebih luas empati diartikan sebagai ketrampilan sosial tidak sekedar ikut merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect response), tetapi juga mampu melakukan  respon  kepedulian (concern)  terhadap  perasaan  dan  perilaku  orang tersebut.  Tidak  heran  jika  latihan  memberikan  sesuatu  atau  bersedekah,  selain merupakan sarana beribadah, juga bisa melatih empati anak pada orang lain yang memunculkan sifat berderma (filantropi) (Frieda Mangunsong, 2010).
Dengan demikian penekanan empati tersebut menyatakan bahwa kemampuan menyelami perasaan orang lain tersebut tidak membuat   kita tenggalam dan larut dalam situasi perasaannya tetapi kita mampu memahami perasaan negatif atau positif seolah-olah emosi itu kita alami sendiri (resonansi perasaan). Kemampuan berempati akan  mampu  menjadi  kunci  dalam  keberhasilan  bergaul  dan  bersosialisasi  di masyarakat.
Dalam kehidupan berkelompok kita pasti mendapati orang dalam watak yang beraneka ragam. Oleh karena itu, tidak mungkin kita memaksakan pendapat, pikiran atau perasaan kepada orang lain. Di sinilah, empati sangat berperan penting. Individu dapat diterima oleh orang lain jika ia mampu memahami kondisi (perasaan) orang lain dan memberikan perlakuan yang semestinya sesuai dengan harapan orang tersebut. Kemampuan empati perlu diasah setiap orang agar dirinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Empati akan membantu kita bisa cepat memisahkan antara masalah dengan orangnya. Kemampuan empati akan mendorong kita mampu melihat permasalahan dengan lebih jernih  dan  menempatkan objektifitas  dalam  memecahkan masalah. Banyak alternatif yang memungkinkan dapat diambil manakala kita dapat berempati dengan orang lain dalam menghadapi masalah. Tanpa adanya empati sulit rasanya kita tahu  apa  yang  sedang  dihadapi  seseorang  karena  kita  tidak  dapat  memasuki perasaannya dan memahami kondisi yang sedang dialami.
Penelitian  Rosenthal  membuktikan  bahwa  anak  yang  mampu  membaca perasaan orang lain melalui isyarat non verbal lebih pandai menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih peka. Kemampuan membaca pesan non verbal akan membantu seseorang melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi yang tidak dapat disampaikan secara verbal. Pesan non verbal memberikan banyak peluang kita memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam diri seseorang karena pesan tersebut sulit untuk direkayasa. Begitu pula dengan nada bicara, ekspresi wajah dan gerak-gerika tubuhnya. Seseorang yang mampu membaca pesan ini akan menjadi mudah untuk memahami perasaan orang lain.
Beberapa faktor,  baik  psikologis  maupun  sosiologis  yang  mempengaruhi proses empati sebagai berikut, antara lain :
  1. Sosialisasi
Dengan  adanya  sosialisasi  memungkinkan  seseorang  dapat  mengalami sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain dan berpikir tentang orang lain.
  1. Perkembangan kognitif
Empati dapat berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang bisa dikatakan  kematangan  kognitif,  sehingga  dapat  melihat  sesuatu  dari  sudut pandang orang lain (berbeda)
  1. Mood dan Feeling
Situasi  perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap perasaan dan perilaku orang lain
  1. Situasi dan tempat
Situasi  dan  tempat  tertentu  dapat  memberikan  pengaruh  terhadap  proses empati seseorang. Pada situasi tertentu  seseorang dapat  berempati lebih  baik dibanding situasi yang lain.
  1. Komunikasi
Pengungkapan empati dipengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang digunakan seseorang.  Perbedaan  bahasa  dan  ketidakpahaman  tentang  komunikasi  yang terjadi akan menjadi hambatan  pada proses empati.
B.     Beberapa Petunjuk Memperbaiki Sikap Empati
Dibawah ini terdapat beberapa petunjuk untuk memperbaiki empati :
1.      Sadarilah sepenuhnya emosi, keinginan, hasrat saudara dan biarkan juga emosi, hasrat dan keinginan yang sama tumbuh pada orang lain.
2.      Belajar mendengar pendapat orang lain, walaupun saudara tidak setuju dengan yang dikatakan dan biarkan orang lain menyelesaikan apa yang dikatakannya dan ajukanlah pertanyaan sebelum memberikan penilaian.
3.      Perhatikan orang lain di jalan, di restoran dan di bus dan cobalah memahami perasaannya melalui air mukanya.
4.      Dalam menilai orang lain janganlah hanya didasarkan pada tampak luar saja. Jauh lebih penting lagi mengetahui sikap dasar seseorang dan itu hanya akan didapat melalui pembicaraan dan tanya jawab yang menarik.
5.      Bila melihat film pendek di telefisi, matikan suaranya dan cobalah memperkirakan pokok permasalahan yang dibicarakan untuk itu perlu menempatkan diri adegan.
6.      Dalam suatu pembicaraan saudara mengetahui bahwa pendapat seseorang bertentangan sama sekali dengan pendapat saudara Analisislah kenapa orang ini mempunyai pendapat seperti ini.
7.      Tanyailah diri saudara mengapa dalam suatu situasi tertentu saudara memberikan reaksi tertentu. Dengan mengetahui latar belakang tingkah laku saudara, maka akan mudah untuk menempatkan diri saudara dalam kedudukan orang lain.
8.      Jika saudara tidak mempunyai seseorang, cobalah mencari sebab-sebabnya dalam diri saudara sendiri.
9.      Cobalah mencari sebanyak mungkin keterangan tentang seseorang sebelum melakukan peenilaian tentang orang lain. Sekali saudara mengetahui mengapa seseorang mempunyai tingkah laku tertentu. Maka saudara akan dapat menilainya dengan lebih tepat. Dan juga sikap saudara terhadapnya juga akan lebih sesuai.
10.  Ingatlah selalu bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan dan selanjutnya mempengaruhi tingkah lakunya
C.    Peranan Empati dalam Kehidupan
Empati dalam keidupan manusia sangat dibutuhkan untuk membangun hubungan yang baik antara indidu dengan individu yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan Empati digunakan oleh spesies manusia untuk membuat manusia tersebut tahu apa yang manusia lain alami dan kemampuan untuk berempati adalah faktor genetic, jadi kemampuan empati diwarisi disetiap generasi dan juga empati dapat terus-menerus dipelajari.
1.      Dalam Psikoterapi
Empati dari seorang terapis sangat dibutuhkan dalam suksesnya hubungan teraputik dan keberhasilan proses terapi, terapis memerlukan empati untuk memahami kondisi psikis klien yang sedang dibantunya.. Truax dan Carkhuff menyatakan bahwa “ bahan-bahan utama seperti empati, kehangatan dan kesejatian tidak semata-mata merepresentasikan ‘teknik-teknik’ psikoterapi atau konseling, tetapi kecakapan-kecakapan antar pribadilah yang digunakan oleh konselor atau terapis dalam menerapkan teknik-teknik atau pengetahuan keahliannya. Empati oleh terapis dilakukan dengan cara: (1) memahami perasaan pasien lalu merasakannya, (2) memahami realitas pasien dengan tepat (accuracy empathic understanding).
Menurut Kohut, empati dilihat sebagai ‘memberikan kepedulian’ pada pasien, memanjakan pasien, bertemu atas permintaan pasien, dan lembut terhadap pasien. Menjadi empati sebagai terapis membutuhkan kemurnian, batas-batas, kematangan, kepercayaan, keterjaminan, dan keharuan.
2.      Dalam Keluarga
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan empati terutama pembentukan empati anak, karena proses belajar anak dimulai dari keluarga. Empati oleh orang tua diwujudkan dengan kasih sayang dan empati terhadap sesama saudara dalam diri anak.
Di zaman modern saat ini, orang tua sering kali tidak mempunyai banyak waktu untuk bersama-sama anak-anaknya, sehingga kepuedulian terhadap mereka sangat tipis sekali, empati terhadap mereka seringkali hampir tidak ada karena orang tua sibuk dengan urusan diri sendiri. Egoisme dan narsistik sangat besar dalam diri orang tua misalnya untuk terus mengejar karir dan meraup kekayaan secara terus menerus sehingga mengorbankan cintanya pada anak-anak. Anak-anakpun akan me-imitasi perilaku orang tua mereka dalam kehidupan sosial mereka dan anak-anak sering kali menghabiskan waktu sendirian misalnya dengan menonton TV sehingga empati di dunia ini semakin lama semakin menipis karena egoistic dan narsistik terus-menerus berkembang baik disadari maupun tidak. Orangtua seringkali menganggap empati diberikan jika kebutuhan material anak terpenuhi padahal yang diperlukan anak adalah perhatian, dipahami, dicintai dan diberi kasih sayang.
3.      Dalam Pendidikan
Empati terbukti juga penting dalam proses belajar mengajar. Untuk menjadi pengajar yang efektif, orang perlu memiliki kemampuan ini. Seorang pengajar memerlukan empati untuk memahami kondisi muridnya untuk dapat membantunya belajar dan memperoleh pengetahuan. Pengajar yang tidak memahami perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, motif-motif dan orientasi tindakan muridnya akan sulit untuk membantu dan memfasilitasi kegiatan belajar murid-muridnya.
Empati, baik untuk pengajar maupun pelajar, semakin diperlukan dalam pendidikan dalam upaya mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Jika kita bertanya apa karakteristik dari pelajar yang sukses maka banyak ahli psikologi pendidikan menjawab: berpengetahuan, mampu menentukan diri sendiri, strategis dan empatik (Jones, 1990).
Empati, merujuk Jones (1990), penting karena para profesional yang sukses dalam bidang apapun (termasuk dosen sebagai peneliti dan akademisi) menunjuk kemampuan komunikasi agar sukses dalam pekerjaannya. Mereka juga mampu memandang diri sendiri dan dunia dari sudut pandang orang lain. Artinya mereka mampu mencermati dan menilai keyakinan-keyakinan dan keadaan-keadaan orang lain dengan tetap berpegang kepada tujuan mengembangkan pemahaman dan penghargaan. Murid-murid yang sukses pun menunjukkan kemampuan ini. Mereka menilai positif kegiatan berbagi pengalaman dengan orang-orang yang berbeda latar belakang untuk memperkaya diri mereka.
Dari segi sosial, empati menjadi lebih penting lagi bagi seorang pengajar. Hilangnya empati dapat melahirkan kecenderungan pengajar melakukan abuse dan eksploitasi terhadap murid-muridnya. Tingkah laku agresif guru terhadap murid banyak terjadi karena terhambatnya empati guru. Tugas yang berat dan menyiksa murid, hukuman yang berlebihan, serta ketakpedulian pengajar terhadap apa yang dialami muridnya merupakan tanda-tanda rendahnya empati yang pengajar.
Kuatnya empati pada seorang pengajar merupakan indikasi dari kesadaran diri, identitas diri yang sehat, penghargaan diri yang terkelola dengan baik, dan kecintaan terhadap diri sendiri dalam arti positif. Di sisi lain, empati menunjukkan juga adanya kematangan kognitif dan afektif dalam memahami orang lain, kemampuan mencintai dan menghargai orang lain, serta kesiapan untuk hidup bersama dan saling mengembangkan dengan orang lain. Empati merupakan ‘tembok karang’ moralitas seorang pengajar, bahwa ia mengajar, mengabdikan dirinya untuk mengembangkan murid-muridnya, bukan untuk memanfaatkan dan mengambil untung dari mereka.
4.      Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Empati didefinisikan sebagai kemampuan untuk membayangkan diri sendiri berada pada tempat dan pemahaman yang dimiliki orang lain, mencakup perasaan, hasrat, ide-ide, dan tindakan-tindakannya. Istilah ini awalnya biasa digunakan dengan rujukan khusus pengalaman estetis. Namun belakangan, istilah ini diterapkan lebih luas dalam hubungan interpersonal. Empati dinilai penting peranannya dalam meningkatkan kualitas positif hubungan interpersonal.
Tuntutan hidup yang tinggi dan sifat materialistis manusia berdampak pada berkembangnya individualisme yang tinggi dalam diri masyarakat. Individu-individu disibukkan oleh urusannya sendiri sehingga tidak ada lagi ‘cinta persaudaraan’ (cinta terhadap sesama manusia) yang berakibat pada miskinnya empati pada diri masyarakat terhadap sesama manusia. Banyak masalah sosial yang timbul dari miskinnya empati ini, misalnya perampokan, pencurian, dll. Hal ini disebakan karena miskinnya empati adalah karena kurangnya sifat berbagi dlam diri individu pada masyarakatnya. Empati dengan mencintai sesame berarti melakukan tindakan “memberi”, memberi dalam hal ini tidak hanya dilihat dalam segi material, tetapi juga dilihat dalam segi tindakan memahami dengan tindakan memberikan lapangan pekerjaan, keterampilan-keterampilan bekerja.
Dr Limas Sutanto menuliskan bahwa kini telah merebak di tengah masyarakat kita adalah lawan dari pengertian antar-insan, berupa kecenderungan untuk makin sedikit mendengarkan orang-orang lain, yang disertai ingar-bingar kesukaan berlebih untuk memamerkan diri sendiri, bahkan menyombongkan diri sendiri. Yang kini merebak juga di tengah masyarakat kita adalah lawan dari penerimaan antar-insan, berupa kecenderungan saling menolak, bahkan kecenderungan saling meniadakan, di tengah perspektif realistik masyarakat yang mau tak mau selalu ditandai keberbedaan dan keanekaragaman. Miskinnya penerimaan antarinsan mencuatkan gejala penegasan keberbedaan yang mengarah ke pemisahan (polarisasi, fragmentasi, bahkan disintegrasi) "Diri" dengan "Pihak Lain".
Padahal, empati adalah kekuatan yang luar biasa dan niscaya untuk mengatasi masalah-masalah di tengah masyarakat dan bangsa. Sayang sekali, ia sangat sering diremehkan dan diabaikan. Orang-orang lebih percaya kepada kekuatan kepintaran, ilmu pengetahuan, dan teknologi semata-mata. Ketiga hal terakhir itu memang penting, tetapi acap kali kepintaran, ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak mampu mengejawantahkan kesejahteraan, kebahagiaan, dan kedamaian bagi masyarakat karena mereka tidak digunakan oleh insan-insan yang mempersenjatai diri dengan empati.
D.    Skala Empati
Asri Budiningsih (2004 : 49) mengemukakan bahwa empati merupakan suatu kondisi penting untuk mengembangkan komunikasi sosial bermakna. Sejauh mana empati. Seseorang kepada orang lain dalam berinteraksi sosialnya dapat diukur dengan menggunakan skala empati. Pengukuran ini untuk melihat setiap dimensi individu supaya kelemahan atau kekkuatan seseorang dapat diketahui untuk dilakukan tindakan. Gazda, dkk (1991) dalam Asri Budiningsih (2004:49) membedaka 4 macam tingkat respon dalam skala empati dengan penjelasan mengapa setiap respon dinilai pada tingkatan tersebut yaitu :
1.      Tingkat I (irrelevant, hurful), yang menyatakan bahwa respon yang tidak relevan atau menyakitkan, tidak mengarah pada perasaan pembicara.
2.      Tingkat II (Subtactive), bahwa respon hanya berhubungan sedikit dengan apa yang dikatakan oleh pembicara.
3.      Tingakt III (surface feeling reflected), respon menunjukan bahwa perasaan pembicara dipahami secara pribadi oleh responden.
4.      Tingkat IV (underlying feeling; additiveI) yaitu respon dapat meningkatkan kesadaran pembicara dan dapat mengidentifikasikan perasaannya yang mendasar.


BAB III
PROSEDUR PENELITIAN


A.    Asumsi dan Hipotesis Penelitian
1.      Tingkat empati siswa yang berasal dari orang tuanya pegawai dan bukan pegawai adalah bervariabel.
2.      Tingkat empati siswa yang berasal dari orang tuanya pegawai dan bukan pegawai dapat diidentifikasi indikator-indikatornya.
3.      Data tentang tingkat empati dapat diperoleh melalui test skala keribadian.
B.     Populasi dan sampel
1.      Populasi
Anggota popoulasi dalam penelitian ini adalah seharusnya siswa kelas V SDN 001 Ukui satu yang tingkat orang tuanya pegawai dan yang bukan  pegawai.
2.      Sampel
Anggota sampel dalam peneltian ini diambil dari anggota populasi dengan menggunakan tekhnik Sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2002 : 61-63 ), mengatakan bahwa:  “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Istilah lain dari sample jenuh adalah sensus.”
Metode penentuan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi di gunakan menjadi sampel.
Untuk lebih jelasnya keadaan populasi dan sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1
Populasi dan Sampel
No
KELAS
Populasi
Sampel
P
BP
Jml
P
BP
JM
1
2
3
Va
Vb
Vc
12
10
8
21
22
25
33
32
33
12
10
8
21
22
25
33
32
33

JUMLAH
30
68
98
30
68
98
Sumber Data : Dokumentasi SDN 001 Ukui
C.    Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode komprotif dan deskriptive yakni membedakan antara dua variabel X1 dan X2
X1  =  Tingkat empati siswa yang orang tuanya berasal dari
     Pegawai
X2 =  Tingkat empati siswa yang orangtuanya bukan
           pegawai di kelas 5 SDN 001 Ukui.
  1. Data dan Alat Pengumpulan Data
1.      Data
Data dalam penelitian adalah tingkat empati siswa yang orang tuanya pegawai dan bukan pegawai di kelas V SDN 001 Ukui Satu
2.      Alat Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data tentang tingkat empati siswa yang orang tuanya pegawai di kelas V SDN 001 Ukui dan bukan pegawai. Penulisan menggunakan test kepribadian menurut Peter Louster dalam D.H Gulo (2002 : 35) dengan Kriteria :



Tabel 2
Katagori Tingkat Empati Umur 14-16 Tahun
SKOR
KATAGORI
11 - 18
Sangat Kuat
10
Kuat
8 – 9
Rata-rata kuat
6 – 7
Rata-rata lemah
0- 5
Lemah
Sumber : Data Olahan Penelitian
Jumlah item pertanyaan sebanyak 18 item dengan alternatif jawaban sangat kuat, kuat, rata-rata kuat, rata-rata lemah, lemah.
E.     Tekhnik Analisa Data
Dari data yang telah di kumpulkan angka selanjutnhya adalah menganalisis data dengan tekhnik sebagai berikut :
Untuk memperoleh gambaran tentang tingkat optimisme siswa yang berasal dari orang tuanya pegawai dan bukan pegawai di gambarkan tekhnik Persentase dengar rumus sebagai berikut :

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Sampel

Untuk Uji beda digunakan tekhnik Uji “t”


Keterangan :
t = Hasil Perhitungan
N1 = Mean Variabel X1
M2 = Mean Variabel X2
SE = Standar Error



Tes. 1
PERBEDAAN TINGKAT EMPATI

Di bawah ini ada 18 pertanyaan yang harus di isi sesuai dengan apa yang biasanya di lakukan. Beri tanda A, B, atau C  yang menurut anda benar. Semakin sering saudara menarik kesimpulan yang  benar, maka akan semakin besar kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dalam hubungan dengan orang lain. Di bawah ini adalah daftar pertanyaan kedelapan belas :
1.      Siswa ikut dalam percobaan yang di lakukan oleh guru pisikologi mengenai kepribadian, sebelum melakukan percobaan siswa di harap menunggu, suatu ketakutan yang besar ditimbulkan oleh sekelompok, bagaimanakah tingkah laku peserta yang sangat cemas ?
a.       Siswa ingin menanti sendiri dalam kelas sampai percobaan dimulai
b.      Siswa ingin menunggu bersama-sama dengan peserta yang juga sangat cemas
c.       Mereka ingin menungu, di temani oleh siswa yang tidak cemas
d.      Tak ada bukti kecenderungan untuk lebih suka menanti sendirian dengan orang lain.
2.      Guru menyelidiki sekelompok siswa yang memiliki sikap kepemimpinan otoriter dan demokratis terhadap calon ketua OSIS. Guru ingin mengetahui yang manakah di antara kedua jenis sikap yang menyebabkan akan menghadapi penolakan.
a.       Reaksi penolakan lebih besar pada calon ketua OSIS dengan kepemimpinan otoriter.
b.      Reaksi penolakan lebih besar pada calon ketua OSIS dengan kepemimpinan demokratis.
3.      Guru sosiologi menyelidiki tingkah laku siswa selama kampanye pemilihan ketua OSIS dari kedua kubu. Guru sosiologi ingin mengetahui apakah kubu calon ketua OSIS A lebih memperhatikan propoganda partanya sendiri atau propoganda partai B ?
a.       Siswa memberikan perhatian yang sama pada kampanye Ketua OSIS
b.      Mereka terutama memperhatikan propoganda ketua OSIS siswa lain.
c.       Siswa terutama memproganda pilihannya sendiri
4.      Jika, dalam kontak pertama kali dengan seseorang timbul suatu rasa tidak suka yang kuat, apakah kontak yang selanjutnya akan :
a.       Memperhatikan hubungan ?
b.      Tidak harus merubah hubungan ?
c.       Membentuk hubungan ?
5.      Guru Sosiologi ingin mengetahui cara yang paling efektif untuk mempengaruhi orang. Dan mengumpulkan beberapa siswa dalam suatu ceramah menjelaskan bahwa membaca cepat sangat penting untuk bekerja efesien. Dalam perkumpulan kedua dalam suatu diskusi mengenai pengaruh membaca cepat. Kemudian guru sosiologi membandingkan hasil-hasil dalam suatu usaha untuk mengetahui cara yang paling sesuai untuk mempopurerkan cara membaca cepat.
a.       Siswa yang mengikuti ceramah membaca cepat bersedia mengikuti kursus membaca cepat.
b.      Diskusi mencapai hasil yang lebih baik. Peserta dari kelompok ini lebih bersedia mengikuti kursus membaca cepat.
c.       Tidak ada beda. Ceramah maupun diskusi menimbulkan tingkat kesediaan yang sama untuk mengikuti kursusu membaca cepat.
6.      Suatu tim peneliti memutarkan tape yang menyampaikan keterangan yang sama. Pembicaraan diperkenalkan sebagai :
a.       Profesor
b.      Seorang awam
c.       Pengacara
7.      Seorang ahli ilmu kemasyarakatan Amerika mengamat sekelompok orang ketika latihan olahraga yang digemari (bowling) anggota kelompok ranking yang terendah menghasilkan perbaikan yang konsisten dan akhirnya mengalahkan anggota dari rangking tertinggi. Bagaimana reaksi kelompok ?

a.       Anggota kelompok ranking terendah mendapat sambutan yang meriah dan sanggup memperkuat posisinya dalam kelompok.
b.      Keberhasilan anggota ranking dihadapi dengan keritikan. Penginaan dan ejekan di lontarkan untuk mengecilkannya sehingga permainan nya menurun dan ranking yang lebih tinggi pulih kembali.
8.      Akhli kemasyarakatan amerika ingin mengetahui sampai beberapa jauh perasaan hati mempengaruhi optimisme. Dalam percobaan-percobaan peserta diminta untuk menjelaskan sebuah gambar yang memperlihatkan dua orang muda sedang menggali di tanah rawa. Dua perasaan hati dibuat melalui hipnotis; bahagia dan cemas. Bagaimanakah peseta menjelaskan gambar dalam dua perasaan hati tersebut :

9.      Pekerja riset sosial, ingin mengatakan apakah dia memperlihatkan perhatian yang lebih besar dalam hal-hal yang biasa atau dalam hal-hal yang tidak diketahui. Mereka menanyai orang-orang yang baru membeli mobil-mobil untuk membalik-balik halaman majalah. Sebagai pembanding adalah pemilik mobil, yang telah memakai merk  monbil yang sama selama bertahu-tahun, juga diminta membuka majalah. Siapa yang lebih banyak mempelajari iklan tentang mobil mereka ?

a.       Pemilik baru membaca 28 % lebih banyak iklan mengenai mobil mereka dari pada membaca iklan mobil lainnya.
b.      Pemilik lama membaca 28 % lebih banyak iklan tentang mobil mereka dari pada membaca iklan mobil yang lain.
c.       Pemilik baru dan lama membaca 11 % lebih banyak iklan mobil dari pada iklan mobil mereka.
10.  Sekelompok ahli ilmu jiwa Inggris memberikan pada sekelompok anak belesan tahun informasi bahwa dalam sepuluh menit mereka akan mendengarkan suatu ceramah tentang “mengapa anak belasan tahun tidak dibenarkan mngendarai mobil” kelompok kedua tidak mendapat informasi sebelum cerama itu. Kelompok manaka yang dapat dipengaruhi oleh itu ?
a.       Kelompok mendapat informasi sebelum ceramah.
b.      Kelompok yang tidak mendapat informasi sebelum ceramah.
c.       Kedua kelompok sama terpengaruhnya
11.  Seorang ahli ilmu jiwa kemasyarakatan inggris mengedarkan gambar-gambar yang memperlihatkan wajah sekelompok orang yang diperlihatkan dua puluh kali, yang lain hanya dua kali. Muka-muka yang mana yang dinilai oleh penonton secara positif.
a.       Muka-muka yang jarang diperliatkan
b.      Muka-muka yang sering diperlihatkan
c.       Sama saja
12.  melakukan percobaan dengan anak-anak. Dalam kamar ada beberapa mainan. Sekolompok anak diizinkan masuk ke dalam dan dibolehkan beriman kelompok lain disuruh menunggu beberapa saat. Tapi dapat melihat keadaan dalam kamar melalui kaca. Kelompok yang manakah yang punya kecenderungan kuat merusak alat permainan ?
a.       tidak ada diantara kelompok itu.
b.      Kelompok yang dibolehkan langsung masuk kamar lebih bersifat merusak
c.       Anak-anak yang disuruh menunggu yang lebih merusak
13.  ahli jiwa Amerika, memperlihatkan sebagian masuk dan yang lain tidak, film pertandingan tinju dan sebuah film tenang yang tidak punya adegan agresif. Kelompok manakah yang lebih agresif sesudah menonton film.
a.       Orang gampang marah yang melihat film tinju
b.      Orang gampang marah yang melihat film tenang
c.       Orang akan seimbang emosinya setelah melihat film tinju
d.      Orang akan seimbang emosinya setelah melihat film tenang
14.  Peserta diminta untuk merasakan diminta untuk merasai apakah suatu cairan berasa  pahit ?. ahli ilmu kemasyarakatan mencampuri air dengan bahan pahit. Bagi 7 orang di antara setiap sepuluh siswa cairan ini akan berasa pahit. Sedangkan bagi 3 orang lainnya tidak berasa apa-apa. Sekelompok subjek yang terdiri atas sepuluh orang (sembilan orang belum mencobanya, sedangkan seorang sudah mencobanya dan merasa sangat pahit). Ketika orang ini menjelaskan pengalamannya bagaimanakah reaksi kesembilan siswa lainnya ?
15.  Sekelompok orang di buat cemas, kelompok kedua tidak. Anggota kedua kelompok diminta menilai tingkat kemarahan sejumlah orang asing. Kelonpok mana yang mengganggap orang asing menakutkan :
a.       Tidak ada antar kelompok itu.
b.      Orang-orang yang cemas menganggap orang asing menakutkan
c.       Orang-orang yang tidak cemas menganggap orang asing lebih menakutkan.
16.  Ahli ilmu kemasyarakatan Inggris. Memberikan draf pertanyaan pada penonton film james bond dan pada penonton film musik, Wali band. Sebelum dan sesudah pertunjukan daftar pertanyaan itu dimaksudkan untuk mengukur tingkat agresif. Kelompok mana yang memperlihatkan tingkat agresif yang paling tinggi. :
a.       Penonton film james bond sebelum melihat film
b.      Penonton film james bond sesudah melihat film
c.       Penonton film musik sebelum melihat
d.      Penonton Film musik sesudah menonton
17.  Ahli ilmu kemasyarakatan Amerika, meminta tiga kelompok orang untuk memberikan pendapatnya tentang kebenaran sejumlah pernyataan. Kelompok itu terdiri atas murid sekolah lanjutan I, siswa dan orang dewasa (peserta dipilih dengan hati-hati dari tingkat pendidikan yang sama). Empat minggu kemudian pernyataan itu kembali diserahkan pada orang yang sama. Mereka diminta lagi pendapatnya tapi kali ini dengan catatan tambahan “kebanyakan kelompok lain tidak sependapat dengan anda. Apa pengaruh catatan tambahan itu ?
a.       64 % murid sekolah lanjutan 1,55 % siswa dan 40 % orang dewasa merubah pendapatnya.
b.      64 % orang dewasa, 55 % siswa dan 40 % murid sekolah lanjutan I sekarang merubah pendapatnya.
c.       Tidak ada perbedaan antara kelompok-kelompok
18.  Ahli ilmu kemasyarakatan, ingin mengetahui apakah seorang yang tinggal diam ataukah seorang yang melibatkan diri yang lebih cepat menyesuaikan diri dengan pendapat kelompok dalam diskusi. Siapakah yang lebih mudah dipengaruhi :
a.       Orang yang pendiam lebih mudah dipengaruhi oleh pendapat kelompok dibandingkan orang yang ambil bagia dalam diskusi.
b.      Orang yang ambil ikut ambil bagian diskusi akan lebih mudah dipengaruhi pendapat kelompok.
c.       Keduanya sama kuat terpengaruhnya. Tidak ada perbedaan


DAFTAR PUSTAKA


Anas Sudijono, (2003), Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
C. Asri Budiningsih (2004). Pembelajaran Moral. Jakarta, Rineka Cipta.
Daniel Goleman (2001) Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta, Gramedia
Rasyid, M (2010) Profesi dan Pengertian PNS, WWW.ziddu.com
Sugiyono (2005), Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta



No comments: